Mohon tunggu...
Laura Dorsila Airori
Laura Dorsila Airori Mohon Tunggu... Freelancer - University Student

Mahasiswa semester 7 sampoerna university

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa yang Salah

18 Maret 2017   13:24 Diperbarui: 18 Maret 2017   13:44 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cahaya mentari pagi mulai bersinar dan merambat masuk kedalam kamarku, bahkan dengan begitu lancangnya mereka seolah memaksaku bangun dari tidur nyenyakku ini dengan menyilaukan mataku. Oh ya ampun, kenapa aku merasa begitu kelelahan pagi ini, tubuhku seolah remuk, padahal tentu saja aku tidak akan merasa kelelahan karna aku lebih sering menghabiskan sebagian besar waktuku untuk tidur. Oh iya aku ingat, tentu saja aku sangat merasa kelelahan karna semalam, aku hanya termenung kemudian menangis sepanjang malam, karna kejadian itu. 

Namun, suara pintu kamarku terdengar begitu kencang. Iya, siapa lagi, sudah pasti dia, kakak laki-lakiku yang berusia 5 tahun lebih tua dariku. Dia, selalu saja memarahiku setiap saat, mengekangku dengan semua peraturan-peraturannya yang membosankan dan bahkan bisa dikatakan aneh. “Hai anak kecil mau sampai kapan kau tidur hahh?, ayo bangun dasar pemalas, cepat bangun, jika dalam hitungan 3 detik kau tak kunjung bangun dan bersiap-siap kesekolah akan kupastikan kau akan mendapatkan hukuman dariku yang tidak akan pernah kau duga sebelumnya!”. 

Langsung saja aku bangun detik berikutnya setelah teriakannya yang seolah mampu menghancurkan apa saja yang ada di depanya. Setelah bersiap-siap 15 menit kemudian aku sudah berkumpul bersama kakaku dimeja makan. Seperti biasa, kegiatan sarapan pagi ini diramaikan dengan ocehan dari kakakku, dia selalu bertanya mengenai perkembanganku disekolah, apakah semester ini aku tetap menempati posisi rangking satu di sekolahku atau tidak, apa semester ini aku telah mengikuti semua kompetisi dari les-les yang dia ikutkan untukku, dan masih banyak pertanyaan dan amarah lainnya yang dia lontarkan untukku. 

Ingin sekali aku berteriak tepat di wajahnya, kemudian berlari pergi sejauh mungkin dari hadapannya. Sungguh aku benar-benar muak dengan semua ini. Tidakkah dia memiliki sedikit saja rasa kasih sayang terhadapku, aku ini masih berstatus sebagai adiknya, adik kandungnya. Bahkan, dia tidak pernah memanggil namaku, atau memanggilku dengan sebutan adik, dia justru memanggilku dengan sebutan “Anak Kecil”. 

Oh ayolah aku bukan anak kecil lagi, aku sekarang sudah berusia 17 tahun dan aku sudah kelas 2 SMA sekarang. Lupakan semua itu, nyatanya aku hanya diam dan sesekali mengangguk setiap pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Setelah selesai sarapan aku langsung diantar ke sekolah oleh supirku, dan kakakku tentu saja dia berangkat lebih dulu menggunakan mobilnya.

***

Dan disinilah aku sekarang di sekolahku, sekolahku yang bahkan telah berisi ribuan murid namun tak satupun dari mereka yang aku kenal, bahkan mungkin mereka tidak pernah mengetahui siapa aku. Aku kembali termenung didalam kelas, bahkan ditengah suasana ramai kelas seperti inipun aku masih merasa kesepian. Entah mengapa, bayangan kejadian semalam kembali terlintas dibenakku, aku kembali memikirkan kejadian semalam.

*Kilas balik pada*

“Apa yang kau lakukan? Dimana aku? Apa yang terjadi? Lepaskan aku!” Teriakku pada pria bersurah hitam dihadapanku. Saking takutnya tubuhku bergetar, dan bulir-bulir bening itu menari indah dipipiku seolah menggambarkan kesakitan dan ketakutanku saat ini. “sshtt, jangan takut ratuku, aku tidak akan menyakitimu, sejengkalpun tidak,, kau saat ini berada di mansionku sayang, lebih tepatnya mansion kita sayang” “Perkenalkan aku Petter Herrick Anderson, raja dari segala iblis yang ada dibawah kolong langit ini” Kata pria itu kemudian selangkah lebih maju dan mendekat kearahku, bahkan saat ini sangat dekat, aku bahkan merasakan deru nafasnya, dan mendengar detak jantungnya yang berpacu begitu cepat. 

Aku berusaha melangkah mundur namun sontak dia menahan pinggangku dan memelukku erat. “sshht, sudah aku katakan jangan takut padaku ratuku, aku sangat mencintaimu bahkan aku tidak sanggup melihatmu bersedih dan ketakutan seperti ini, jadi sangatlah tidak mungkin jikalau aku akan menyakitimu” “Tidak, aku tidak mengenalmu, lalu mengapa kau mengatakan aku adalah ratumu? Aku bahkan tidak tau ini dimana, jangan permainkan aku biarkan aku pulang!” Kataku tegas dan menatapnya tajam seolah meminta penjelasan lebih dari semua ini. 

Dia hanya dia termenung sambil menatapku , kemudian, kemudian....aku merasakan sentuhan hangat itu dibibirku, astaga apa ini, dia menciumku? Dia mencuri ciuman pertamaku?... seketika itu juga aku langsung berusaha melepaskan dekapannya yang mengunci tubuhku sehingga aku kesulitan untuk menghindarinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun