Keragaman Indonesia adalah sebuah kekayaan. Alam, manusia dan warisan budaya semua Indonesia punya. Membentang dari sebelah barat di Pulau Sabang hingga ke bagian timur di Merauke.
Kekayaan inilah kemudian menggugah Harian Kompas untuk melakukan penjelajahan "Ekspedisi Sabang-Merauke: Kota dan Jejak Peradaban". Mengulik sisi lain kota dan hamparan pulau-pulau kecil di lautan Nusantara.
Gatot Widakdo, salah satu tim penjelajahan, mengatakan melalui ekspedisi, terlihat Indonesia sangat luar biasa. Tidak hanya dari kacamata Jakarta melainkan dari seluruh nusantara.
"Tak perlu mengagungkan luar negeri karena kita punya kekayaan luar biasa," ujar Gatot dalam peluncuran buku dan pembukaan pameran foto "Ekspedisi Sabang-Merauke" di Kota Kasablanka, Jakarta, Senin (30/12/2013) malam.
Menurutnya, banyak hal di Indonesia yang belum dieksplorasi yang seharusnya bisa berguna demi kemakmuran negeri ini.
Ekspedisi Sabang-Merauke, bukanlah penjelajahan yang pertama kali dilakukan Harian Kompas. Namun uniknya, melalui penjelajahan ini, tim melakukan perjalanan mengelilingi Indonesia selama 40 hari. Ekspedisi dimulai Jumat (20/9/2013) di Nol Kilometer ujung barat Indonesia di Kota Sabang, Aceh, kemudian tiba di ujung timur Merauke, Papua, pada Rabu (23/10/2013).
Tim menyusuri pantai barat Sumatera, berlanjut ke selatan Jawa, Bali, Sumbawa Besar, Flores, dan berlayar mulai dari Larantuka, pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara Timur, Maluku Tenggara hingga Merauke di Papua.
Jarak yang ditempuh mencapai  8.514,22 kilometer. Sepertiga perjalanan yang ditempuh adalah melalui laut. Sedangkan sisanya ditempuh melalui jalan darat.
"Kompas menyajikan ekspedisi dari dari titik nol di Sabang sampai titik nol di bagian Merauke dari timur," ujar Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Rikard Bagun.
Laporan penjelajahan tim dalam ekspedisi telah diterbitkan di Harian Kompas, setiap hari sejak 21 September 2013 sampai 30 Oktober 2013. Namun hal itu dirasa tidak cukup untuk membagi keanekaragaman Indonesia