Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cintai Aku Lagi

23 Maret 2017   17:10 Diperbarui: 23 Maret 2017   17:29 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Guratan sedih di wajahnya terurai. Di akhir sesi keempat, wajah gadis berdarah Minang itu menampakkan sedikit keceriaan. Binar bahagia kembali terpancar di matanya. Dari waktu ke waktu, kesehatan mentalnya semakin baik.

“Aku bahagia kalau orang-orang yang kuobati bahagia, Amanda.” Ujar gadis bermata biru dan bergaun baby blue itu.

“Iya, aku tahu itu. Kamu orang baik. Apa kamu selalu memberikan sentuhan pada semua klienmu?” tanya Amanda ingin tahu.

“Tidak. Hanya pada klien-klien tertentu kuberikan sentuhan. Itu pun sentuhan non seksual. Dan aku tidak menyentuh klien pria.” Jawab si gadis bermata biru tegas.

Ya, kecuali satu. Bisik hati kecilnya. Tunggu, klien pria yang satu itu istimewa. Ia pengecualian. Ia lebih dari sekedar klien. Lagi-lagi ingatannya membawanya pada sosok pria itu. Pria yang membutuhkan terapi dan konseling intensif jangka panjang itu.

“Hebat. Kamu punya prinsip. Oh ya, kamu udah punya pacar belum?”

Ingin rasanya si gadis menutup matanya saat itu juga. Mengapa harus pertanyaan itu yang terlontar dari bibir Amanda? Ia tak pernah suka mendapat pertanyaan tentang kekasih atau relasi dengan lawan jenis. Namun ia menyembunyikan ketidaksukaannya di balik senyuman lembut. Banyak klien yang ingin tahu kehidupan pribadi ahli terapinya. Ia sudah sering menghadapi pertanyaan itu. Namun, profesionalitas adalah segalanya. Bila pun harus memberikan informasi, sifatnya takkan terlalu pribadi.

“Oh, aku tahu. Orang secantik kamu pasti sudah punya pacar. Apakah dia tampan? Apakah kalian juga punya masalah?” Amanda bertanya lagi, kali ini lebih atraktif.

Dia sangat tampan, bisik nuraninya. Bahkan lebih dari sekedar tampan. Masalah? Sangat banyak. Entah seperti apa akhir kisah si ahli terapi dengan klien istimewanya yang tinggal di biara itu. Hanya Allah yang tahu.

“Kamu bijak untuk orang lain. Aku yakin, kamu pasti bijak untuk dirimu sendiri.”

Sesi itu diakhiri dengan senyum penuh harapan Amanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun