Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Broken Home", Jangan Sampai "Broken Kids"

28 Agustus 2019   06:00 Diperbarui: 28 Agustus 2019   07:13 891
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan sekali-dua kali, tetapi berkali-kali Young Lady cantik dicurhatin anak broken home. Serius. Ini kejadiannya dari dulu sampai sekarang. Dulu pas masih sekolah, dan sekarang setelah lulus. Anyway, broken home itu apa sih?

Menurut Matinka (2011, hal. 6) "Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut".

Masih bingung ya? Intinya begini. Broken home adalah situasi dimana anak mengalami kehilangan perhatian dan kasih sayang karena beberapa hal. 

Kehilangan perhatian orang tua dapat membuat hati anak menjadi hancur dan mentalnya jatuh. Broken home tak selalu identik dengan perceraian. 

Orang tua yang belum bercerai namun tidak harmonis sehingga gagal memperhatikan anak pun dapat dikategorikan sebagai broken home.

Macam-macam cerita sedih yang didengar Young Lady tentang anak broken home. Ada yang mengeluhkan ibunya yang tidak pulang ke rumah selama sebulan. 

Seorang gadis bercerita dengan wajah sendu berurai air mata kalau ayahnya ingin berpoligami. Gadis lain lagi, mengisahkan percobaan bunuh diri yang gagal setelah keluarganya berantakan. 

Sepasang saudara kembar memilih tidak tinggal dengan ayah maupun ibunya usai perceraian. Ada pula yang bersumpah takkan punya suami karena trauma dengan pernikahan orang tuanya yang gagal. 

Sesudah menyaksikan sendiri ketidakdewasaan orang tuanya, seorang perempuan mengungkapkan ketakutannya menjalin hubungan romantis dengan laki-laki.

Young Lady belum menjadi ibu, dan kemungkinan besar tidak bisa menjadi ibu karena beberapa hal. Namun, mengapa cerita-cerita seperti ini sering dilimpahkan pada Young Lady? 

Setelah mengenal dan berjumpa dengan banyak anak broken home, Young Lady merasakan apa yang diungkapkan Wilson Madeah (1993) ada benarnya juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun