Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Pernyataan Klise

20 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 20 Oktober 2018   06:05 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak duduk di semester awal perkuliahan, Young Lady cantik sering mendengar pernyataan ini dari teman-teman.

"Maaf, aku nggak ada kuota."

Bukan hanya satu, dua teman. Tetapi sebagian besar teman di kampus pernah mengatakannya pada Young Lady.

Jengkel? Tentu saja. Sering kali Young Lady butuh fast respon saat chatting atau kirim e-mail pada mereka. Biasanya berkaitan dengan tugas dan urusan akademik lain. Menjengkelkan ketika mereka slow...bahkan, very very slow respon lalu dengan enaknya bilang

"Maaf, aku nggak ada kuota."

Lama-lama Young Lady cantik muak dengan pernyataan itu. Klise, pikir Young Lady kalau sudah kehilangan stok kesabbaran atau ketika waktu sudah mepet.

Buat Young Lady, tidak ada kuota itu alasan super basi. Hanya mahasiswa miskin kreativitas dan miskin inisiatif yang berkata begitu. So, artinya teman-teman Young Lady pasif semua?

Nggak semua sih. Ada juga yang selalu fast respon. Ada juga yang tak keberatan saat Young Lady share video Youtube padanya. Nonton Youtube kan makan kuota besar.

Perlahan tapi pasti, Young Lady mulai mengenali siapa saja yang suka melontarkan alasan basi. Siapa saja yang benar-benar kaya kuota atau tak pernah kesulitan akses internet. Selain mengenali, Young Lady pun mencoba menelisik latar belakang dan gaya hidupnya.

Ternyata, rerata teman Young Lady yang sering beralasan tak ada kuota adalah mahasiswa rantau. Meski tak semuanya begitu. Ada pula segelintir mahasiswa rantau yang borju dan tidak kesulitan akses internet.

Selain itu, tingkah laku mereka yang sering tak punya kuota sangat khas: lamaaaa sekali merespon chat or e-mail. Oh no no...mereka yang miskin kuota pun sangat enggan membuka e-mail. Sekali lagi alasannya karena tak ada kuota. Sebesar itukah kuota untuk membuka e-mail? Lebih boros mana, buka e-mail atau Instagram? Kalau buka Instagram untuk eksis saja bisa, kenapa buka e-mail untuk keperluan tugas tidak bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun