Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Diary Calisa

13 Agustus 2017   05:51 Diperbarui: 13 Agustus 2017   18:57 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Buku berwarna soft pink dan bergambar hati itu dibukanya lagi. Ia bersiap menuliskan semuanya. Kembali mencurahkan isi hatinya di sana. Tangan Nyonya Calisa bergetar hebat saat membuka-buka halaman buku. Tak mudah mencurahkan semuanya dalam kata-kata. Terlalu sakit, terlalu pedih untuk dituliskan kembali. Namun ia harus melakukannya. Dari pada harus memendamnya. Memendam perasaan justru menimbulkan bibit penyakit di dalam tubuh dan jiwa.

Wanita blasteran Sunda-Belanda itu membaca ulang isi diarynya. Dua setengah tahun berlalu sejak semuanya bermula. Sejak Syarif diam-diam memata-matai Clara, Tuan Calvin kembali terserang Hepatocellular Carcinoma, dan Nyonya Lola kembali ke Indonesia. Dua setengah tahun pula Nyonya Calisa tak menyentuh diarynya lagi.

Ia selalu menangis dan membenci dirinya sendiri tiap kali menyentuh diary itu. Apa yang salah? Entahlah, ia hanya terlalu membenci diri dan kenangan-kenangannya di masa lalu.

**    

Friday, 22 July

"Bangun, Sayang. Sudah Subuh. Ayo shalat. Tidurnya pulas sekali ya? Gara-gara kamu kelelahan setelah banyak kegiatan ya?"

Pagi ini, kudengar sapaan halus Mama diikuti belaian hangatnya. Mama membangunkanku dengan cara yang sangat halus. Begitulah yang sering terjadi.

Jika kita ingin membujuk, mempengaruhi, atau meminta seseorang melakukan sesuatu, lakukan dengan lembut. Aku pun begitu. Berusaha memperlakukan siapa saja dengan kelembutan dan kehalusan sikap. Bahkan pada orang yang tidak kusukai sekali pun.

Sayangnya, kelembutanku kerap kali disalahgunakan. Beberapa teman memanfaatkanku. Menyalahgunakan kepercayaanku, lalu meninggalkanku. Mereka panggil aku "Princess" dan "Peri Kecil". Mungkin mereka menganggapku manusia setengah malaikat. Yang terlalu lembut dan sabar, yang tak pernah marah. Jangan salah. Aku pun pernah marah. Pernah dan bahkan sering tidak sependapat dengan mereka. Namun aku lebih memilih diam. Menurutku, diam jauh lebih baik.

You know, diary?

**      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun