Pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta ini, elektabilitas Ahok-Djarot terbilang stagnan atau malah justru melorot. Kalau melihat hasil survey lembaga survey maupun suasana hati masyarakat, sangat kentara bahwa masyarakat menginginkan pemimpin baru di DKI Jakarta. Artinya, semua angan-angan Ahok-Djarot dan tim pendukung mengenai wajah Jakarta lima tahun mendatang, kemungkinan besar mental karena mereka akhirnya akan kalah dalam kontestasi Pilkada DKI ini.
Karena itu, para pendukung dan tim sukses Ahok-Djarot mulai cara gara-gara untuk membuat situasi Pilkada DKI Jakarta mulai memanas. Langkah-langkah semacam ini sebenarnya sia-sia karena tidak akan berpengaruh apa pun pada peningkatan popularitas dan elektabilitas Ahok-Djarot. Ibarat pasukan yang sudah pasti kalah dalam pertemupar, maka hanya langkah-langkah sporadis yang tidak memiliki banyak efek yang mungkin dilakukan.
Para pendukung dan tim sukses Ahok-Djarot mulai mencari-cari persoalan yang mereka persepsikan sendiri. Misalnya, mereka berencana melaporkan Anies Baswedan ke pihak berwajib dengan alasan yang dibuat-buat, yakni dugaan manipulasi data penggusuran di DKI Jakarta. Upaya pelaporan ke pihak kepolisian rencananya akan dilakukan oleh Tim Hukum Ahok-Djarot yang diwakili oleh Pantas Nainggolan.
Persoalan validitas data tentu saja memiliki ukuran tersendiri di antara kedua kubu pasangan calon, tergantung dari cara baca mengenai fakta dan data di lapangan. Bahkan, kesalahan penyampaian data sebenarnya wajar bahkan di ruang bukan politik. Oleh sebab itu, pendekatan hukum tim hukum Ahok atas penyampaian data yang menurut mereka tidak tepat sesungguhnya berlebihan.
Apa yang seharusnya dilakukan oleh tim hukum maupun tim sukses Ahok-Djarot adalah melakukan adu data, jika memang merasa bahwa data yang mereka ketahui benar, dan data yang digunakan orang lain salah. Bahkan, jika mereka memang percaya diri dengan data yang dimiliki, maka seharusnya dijadikan sebagai bahan debat atau bahan diskursus di depan publik. Perbedaan data dan cara pandanya di antara kedua kubu pasangan calon yang tengah berkompetisi sering terjadi, terlebih dalam konteks DKI Jakarta yang terkenal kompleks.
Karena itu, langkah-langkah tim hukum atau tim pemenangan Ahok-Djarot akhir-akhir ini menunjukkan bahwa mereka mulai ketar-ketir karena hanya kurang dari sebulan lagi wajah mereka akan tertekuk untuk selamanya.