Mohon tunggu...
Lalan Rupawan
Lalan Rupawan Mohon Tunggu... wiraswasta -

tulis aja mikir belakangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merokok di Tempat Umum, Kedermawanan Vs Kedzaliman

24 Maret 2013   00:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:20 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa diantara kita mungkin merasa punya hak untuk merokok di mana saja , toh rokok kita yang beli dan udarapun tak ada yang punya , tak peduli di angkutan umum , ruang tunggu terminal atau dimana saja selalu kita temui orang orang dermawandengan rokok menyala sedangkan di sekitarnya para manula , ibu hamil dan balita mereka bagi pula dengan rata uang yang mereka konversikan dengan nikotin . Mereka betul betul dermawan , berderma tanpa pilih pilih penerima .

Ketika kepulan asap dari mulut perokok itu memenuhiruangan maka serta merta hak para manula , para ibu hamil dan balita terampas dan rasa keadilan terusik , tapi mereka adalah makhluk lemah yang hanya bisa menutup hidung atau sekedar melambaikan telapak tangan di depan hidungsebagai pertanda mereka menolak pemberian sang dermawan .

Sang dermawan akan terus berderma membagikan nikotin kepada setiap orang , meracuni setiap jantung , mengotori setiap paru paru , menutup paksa setiap hidung . Merampas hak semua hidung , semua paru paru dan jantung untuk mendapat udara bersih tanpa nikotin . Dan masih saja mereka memberialasan pembenaran atas kedzaliman mereka bahwa berhenti merokok itu sulit , seakan akan mereka menempatkan diri mereka sebagai korban keterpaksaan , seakan akanada yang memaksa mereka menjadi perokoklalu memohon pemakluman orang lain atas atas keterpaksaan itu.

Jika memang sebegitu sulit untuk berhenti meracuni diri dengan merokok , apakah sesulit itu juga berhenti meracuni orang lain dengan merokok di tempat umum , kenapa tak cari tempat lain , kenapa tak coba tahan sebentar keinginan untuk mendzalimi diri itu , toh para manula , para ibu hamil dan balita itu tak peduli mereka merokok atau tidak , yang mereka minta cuma “enyahlah dari mukaku jika kamu merokok” .

Rokok apapun merknya apapun jenisnya adalah konsumsi yang semu , perokok sendiri tak bisa menjelaskan secara teknis apa yang dia rasakan ketika merokok selain sensasi tenang, nafas bau dan sesak , merokok cuma sebuah kebiasaan dan itu pasti bisa dihentikandengan pembiasaan juga . Orang yang tidak terbiasa merokok ketika dipaksa merokok akan merasa tersiksa , begitu juga perokok akan merasa tersiksa ketika dipaksa berhenti merokok .

Dan hanya orang orang yang punya kesungguhan lah yang berhasil merubah sebuah kebiasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun