Mohon tunggu...
Laila Tziporah
Laila Tziporah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memajukan Bangsa dengan Menerapkan Teori Belajar Humanisme

27 Mei 2017   19:17 Diperbarui: 27 Mei 2017   20:05 1239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk memajukan bangsa, maka negara harus dapat menciptakan generasi muda yang cakap dalam ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikannya dengan bijak. Mengenai hal ini, peran tenaga pengajar yang ada di Indonesia sangatlah dibutuhkan untuk mencapai cita-cita tersebut. Tenaga pengajar harus mampu menerapkan kegiatan belajar mengajar yang baik kepada para peserta didik. Ada beberapa jenis teori belajar di dunia ini, seperti teori kognitif dan behavioritas. Namun, teori humanisme sangatlah ideal karena teori ini dapat mencakup semua teori belajar yang ada di dunia, asalkan tujuan dari teori humanisme sendiri tercapai.

Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dalam teori ini, faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori humanisme sangatlah unik karena teori ini dapat memanfaatkan teori belajar apapun asalkan tujuan utamanya tercapai, yaitu untuk memanusiakan manusia.

Banyak tokoh penganut aliran humanis. Contoh yang pertama adalah Kolb yang membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu tahap pengalaman konkret, tahap pengalaman aktif dan reflektif, tahap konseptualisasi, dan tahap eksperimentasi aktif. Contoh yang kedua, ialah Honey dan Mumford yang mengelompokkan orang-orang yang belajar menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok aktivis, reflektor, teoretis, dan pragmatis. Contoh yang ketiga, ialah Habernas yang membagi tipe belajar menjadi 3, yaitu belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris. Contoh yang keempat, ialah Bloom dan Krathwohl yang merangkum tujuan belajar ke dalam 3 kawasan yang sering dikenal dengan sebutan “taksonomi Bloom”. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas mengenai teori belajar humanisme, berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai 2 pandangan dari tokoh-tokoh yang menganut aliran humanisme mengenai belajar, yaitu pandangan Kolb dan pandangan Bloom dan Krathwohl.

Tokoh yang pertama, ialah Kolb, seorang ahli penganut aliran humanis, yang membagi tahap-tahap belajar menjadi 4, yaitu tahap pengalaman konkret, tahap pengalaman aktif dan reflektif, tahap konseptualisasi, dan tahap eksperimentasi aktif. Di tahap yang pertama, seseorang mampu mengalami peristiwa sebagaimana adanya. Ia dapat merasakan dan menceritakannya sesuai apa yang dialaminya. Namun, ia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut. Artinya, ia belum dapat memahami bagaimana peristiwa itu bisa terjadi dan mengapa peristiwa tersebut harus terjadi seperti itu. Selanjutnya, di tahap yang kedua, seseorang akan semakin mampu untuk melakukan observasi terhadap peristiwa yang dialaminya. Ia akan mulai mengembangkan pertanyaan-pertanyaan, seperti “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” dan “Mengapa peristiwa itu harus terjadi seperti itu?”. Dalam tahap ini, orang tersebut akan mulai berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian, di tahap yang ketiga, seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi dan mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya. Di tahap yang terakhir, seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori, atau aturan-aturan ke dalam situasi nyata. Ia tidak lagi mempertanyakan asal usul teori atau suatu rumus, tetapi ia mampu menggunakan teori atau rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang dihadapinya, yang belum pernah ia jumpai sebelumnya.

Tokoh yang kedua, ialah Bloom dan Krathwohl. Mereka lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh individu setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan “taksonomi Bloom”. Melalui taksonomi Bloom, Bloom dan Krathwohl berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran. Taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru dalam merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai dengan rumusan yang mudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pula, para praktisi pendidikan dapat merancang program-program pembelajarannya. Setidaknya, di Indonesia, taksonomi Bloom ini telah banyak dikenal dan paling populer di lingkungan pendidikan. Berikut adalah 3 kawasan dalam taksonomi Bloom. Kawasan pertama, ialah domain kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kawasan yang kedua, ialah domain psikomotor yang terdiri atas 5 tingkatan, yaitu peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi. Kawasan yang ketiga, ialah domain afektif yang terdiri atas 5 tingkatan, yaitu pengalaman, tanggapan, penghargaan, pengorganisasian, dan pengamalan.

Itulah penjelasan secara ringkas mengenai pandangan dari beberapa tokoh penganut aliran humanis. Meskipun taksonomi Bloom sebagai salah satu pandangan tokoh aliran humanis sudah sangat populer di Indonesia, namun teori belajar humanisme masih sering menuai kritik karena sering dianggap sukar diaplikasikan dalam konteks yang lebih praktis. Hal ini dikarenakan teori ini dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi daripada bidang pendidikan. Namun, karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanisme mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.

Mengenai langkah-langkah pengaplikasian teori humanisme dalam proses pembelajaran, belum ada pedoman baku yang memuatnya. Namun, setidaknya, langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud terdiri dari 10 tahap, yaitu menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, menentukan materi pembelajaran, mengidentifikasi kemampuan awal (entry behavior) siswa, mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar, merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran, membimbing siswa belajar secara aktif, membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya, membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya, membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai teori belajar humanisme. Dengan ini pula, para tenaga pengajar di Indonesia dianjurkan untuk menerapkan teori humanisme dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini dikarenakan jika kita mengkaji dan mempelajari lebih dalam tentang ajaran-ajaran ataupun pandangan-pandangan mengenai proses pembelajaran yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh penganut aliran humanis tersebut, maka dapat dilihat bahwa teori belajar humanisme sangatlah ideal dan efektif untuk menciptakan generasi muda yang cakap dalam ilmu pengetahuan dan mampu mengaplikasikannya dengan bijak. Oleh karena itu juga, bangsa dan negara Indonesia dapat dengan mudah dan efisien mencapai cita-citanya menjadi negara yang maju.

Sumber: https://hasanudin18.wordpress.com/2012/02/09/teori-belajar-humanistik-dan-penerapannya-dalam-pembelajaran/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun