Mohon tunggu...
Cerpen

Mengidentifikasi Unsur-unsur Intrinsik Cerpen

27 Februari 2017   09:44 Diperbarui: 27 Februari 2017   10:09 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/begitu-berartinya-keluarga-dan-sahabat-bagiku.html

  • Tema                                     = Persahabatan
  • Alur                                        = Alur maju / alur progresif

Disebut alur maju karena di dalam cerpen, runtutan ceritanya urut dari pengenalan, muncul masalah, menuju konflik, puncak konflik, dan penyelesaian.

  • Pengenalan
    • “Hai, namaku Rehana, Aku berasal dari Kabupaten Blora, Semarang, Jawa Tengah. Namun berbeda dengan sekarang, kini aku tinggal di Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan.”
  • Muncul masalah
    • “Hingga dua tahun kemudian, aku pun lulus dari SMP dan adikku naik ke kelas empat SD, orangtuaku pun berfikiran akan membawa Aku dan adikku ke kota. Sungguh terkejut aku awalnya, sangat sedih raut muka kakekku mendengar kabar tersebut dari ibuku. Mungkin dalam benaknya berat melepaskan aku dan adikku, apalagi adikku adalah cucu kesayangannya. Tak lama kemudian, aku masuk kamar dan merenungkan keputusan kedua orangtuaku itu. Air mata sudah tak dapat kubendung lagi. Setelah lama aku tak keluar dari kamar, adikku pun ikut masuk ke kamar dan bertanya kepadaku, “kenapa kakak menangis? Aku tak tega melihatnya kak.”
  • Menuju konflik
    • “Hari demi hari berlalu dan akhirnya ibuku pulang ke kampung. Namun, baru kali ini aku takut dengan kepulangan ibuku. Dalam benakku penuh dengan tanya, “akankah kepulangan ibuku ini akan menjemput aku dan adikku?”. Adikku pun akhirnya mengetahui kabar, bahwa ia akan dibawa ke kota oleh ibukku. Sekarang adikku pun ikut bingung mengambil keputusan. Awalnya adikku tidak mau, tapi bagaimanapun keputusan adikku, adikku akan tetap dibawa ke kota.”
  • Puncak konflik
    • “Dan tibalah dimana aku, adikku dan ibuku akan berangkat ke kota. berat meninggalkan kampung halaman, dan sahabat-sahabatku. Namun mau bagaimana lagi keputusan sudah tidak dapat diubah lagi. Jantungku seakin berdetak kencang saat menunggu kedatangan bus yang akan kunaiki sampai ke kota. Dan tak kusangka, sahabat dekatku ternyata rela menyempatkan waktu untuk mengantar kepergianku. Tak lama kemudian bus yang akan kunaiki pun tiba, aku pun bergegas untuk naik. Sebelum aku naik, sahabatku berpesan kepadaku “jaga kesehatan selalu, jangan telat makan ya, jangan lupakan aku, aku akan selalu ingat masa-masa yang kita lewati bersama”. Sahabatku memelukku begitu erat, hatiku pun seketika begitu sakit dan ingin menangis sekencang-kencangnya. Setelah aku naik ke bus, aku pun menatap sahabatku dari kaca bus, dan serasa tak kuasa melihat tatapan sahabatku itu. Selang beberapa menit busku berjalan, aku pun pergi dari kampung halamanku. Dan tak lama kemudian sahabatku pun mengirimi aku pesan singkat, aku pun tak kuasa menahan airmataku di dalam perjalanan. Dan ternyata ibu sahabatku pun berbalas pesan singkat dengan ibuku, dan memberitahu bahwa sahabatku pun menangis di rumah. Di dalam perjalanan aku hanya menangis dan ibuku mengelus rambutku selagi aku menangis. Ibuku selalu menyemangatiku agar aku kuat menghadapi ini semua. Sampai akhirnya aku terlelap membiarkan pesan dari sahabatku itu. Sebangun dari tidurku aku bingung entah sudah sampai mana, dan aku pun membuka handphoneku, kulihat begitu banyaknya pesan dari sahabatku. Lalu kubaca satu demi satu pesan dari sahabatku, dan akhirnya aku pun meneteskan airmata lagi. Seketika itu, ibuku selalu mengusap airmataku serta memlukku. Begitu sedihnya diriku saat itu.”
  • Penyelesaian
    • “Kukira sahabatku telah tenang di sana, karena kubaca pesannya yang menghiburku. Namun sebaliknya, ia justru menangis tersedu-sedu dengan kepergianku. Perjalananku ke kota pun sudah hampir sampai, dalam benakku bertanya “akankah ku bertemu lagi dengan sahabat-sahabatku lagi Ya allah?”. Baru kali ini ku merasa persahabatan yang begitu erat, bahkan seperti keluarga kedua bagiku.”
  • Latar                                      =
    • Tempat : Kampung (Blora, Jawa Tengah)
      • ”...Aku berasal dari Kabupaten Blora, Semarang, Jawa Tengah.” “Dulu sewaktu di kampung, aku hanya tinggal bersama adikku dan kakek-nenekku...”
    • Suasana : Mengharukan
      • “...Sahabatku memelukku begitu erat, hatiku pun seketika begitu sakit dan ingin menangis sekencang-kencangnya.”
  • Tokoh dan Penokohan     =
    • Aku                                   : baik, sabar, penyayang

“…Berat awalnya, sangat sedih memang, apalagi adikku yang belum terlalu besar sehingga masih butuh kasih sayang dan perhatian dari orangtuaku. Namun bagaimanapun orangtuaku harus tetap pergi karena faktor ekonomi pada saat itu yang menyusahkan bagi keluargaku…” “…aku masuk kamar dan merenungkan keputusan kedua orangtuaku itu. Air mata sudah tak dapat kubendung lagi…”

  • Adik                                  : bingung, simpatik, perhatian

“…adikku pun ikut masuk ke kamar dan bertanya kepadaku, “kenapa kakak menangis? Aku tak tega melihatnya, kak...” “Sekarang adikku pun ikut bingung mengambil keputusan. Awalnya adikku tidak mau, tapi bagaimanapun keputusan adikku, adikku akan tetap dibawa ke kota...”

  • Ayah-Ibu                         : egois, kurang perhatian

“…sedangkan kedua orangtuaku merantau ke ibukota (Jakarta). Mereka meninggalkanku dan adikku hampir tiga tahun, itu pun pulang hampir lima bulan sekali...” “...sangat sedih memang, apalagi adikku yang belum terlalu besar sehingga masih butuh kasih sayang dan perhatian dari orangtuaku..”

  • Kakek-Nenek                 : penyayang, sabar, perhatian, baik

“…aku hanya tinggal bersama adikku dan kakek nenekku, sedangkan kedua orangtuaku merantau ke ibukota (Jakarta)…” “…sangat sedih raut muka kakekku mendengar kabar tersebut dari ibukku. Mungkin dalam benaknya berat melepaskan aku dan adikku, apalagi adikku adalah cucu kesayangannya...”

  • Sahabat Rehana           : rela berkorban, penyayang, baik

“...sahabat dekatku ternyata rela menyempatkan waktu untuk mengantar kepergianku...” “...sahabatku berpesan kepadaku, “jaga kesehatan selalu, jangan telat makan ya, jangan lupakan aku, aku akan selalu ingat masa-masa yang kita lewati bersama”. Sahabatku memelukku begitu erat...”

  • Sudut pandang                   = Orang pertama sebagai pelaku utama.
    • “Hingga dua tahun kemudian, aku pun lulus dari SMP dan adikku naik ke kelas empat SD, orangtuaku pun berfikiran akan membawa aku dan adikku ke kota. Sungguh terkejut aku awalnya, sangat sedih raut muka kakekku mendengar kabar tersebut dari ibukku. Mungkin dalam benaknya, berat melepaskan aku dan adikku. Apalagi adikku adalah cucu kesayangannya. Tak lama kemudian, aku masuk kamar dan merenungkan keputusan kedua orangtuaku itu. Air mata sudah tak dapat kubendung lagi…”
  • Amanat                                 = Bagi seorang remaja yang sedang dalam masa tumbuh dan berkembang, pasti sangat membutuhkan peran keluarga dan teman, terutama orang tua. Orang tua berperan sangat penting dalam mendampingi perkembangan seorang remaja. Begitu juga dengan teman disekitarnya yang memberikan dampak cukup besar bagi seorang remaja. Oleh karena itu, orang tua jangan sampai lengah apalagi mengabaikan anak-anaknya yang membutuhkan perhatian dalam proses tumbuh dan berkembangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun