Mohon tunggu...
Ladinata Jabarti
Ladinata Jabarti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

pecinta negeri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak-Sajak Cinta Alexander Pushkin

1 Maret 2011   13:55 Diperbarui: 28 Desember 2015   15:53 2171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

MALAM HARI

Untukmu, suaraku yang halus dan lelah

Mengusik kebisuan larut dari malam gelap

Lilin yang sedih di dekat peraduanku

Bersinaran; sajak-sajakku, bersenyawaan dan berdeburan,

Beraliran, anak sungai kasih sayang, beraliran, dijejali olehmu

Dalam kegulitaan matamu bercahayaan di depanku,

Bersenyuman padaku – dan aku mendengar suara-suara:

Karibku yang lembut, karibku … kau aku asmarai

Dan aku adalah milikmu

adalah milikmu 

 

1813

 

KUCINTAI KAU

Engkau kucintai; cinta, barangkali;

Belum begitu sirna di jiwaku;

Tetapi biarkanlah ia lebih banyak tidak mengusikmu;

Aku tak mau mendukakanmu sebintik pun

Engkau kucintai dengan diam-diam, dengan tanpa pengharapan,

Kadang dengan ketakutan, kadang dengan hasad

aku diikabkan

Kucintai kau dengan tulus yang sangat,

dengan lembut yang sangat

Demikianlah Tuhan menganugrahimu

untuk dicintai oleh yang lain

 

1829

 

ARRIVEDERCI

Dengan seberaninya, buat yang penghabisan kalinya

Aku membelai-belai wajahmu yang kekasih di dalam pikiran,

Membangkitkan impian dengan kekuatan hati

Dan dengan rasa takut yang lemah dan

Dengan kemuraman mengenang cinta bagimu

Tahun-tahun kita saling silih berganti berkejaran

Mengubah segalanya, mengubah kita

Tentunya engkau dengan pakaian gelap perkabungan

Diperuntukkan bagi penyairmu

Dan sahabatmu ini telah mati untukmu.

Damaikanlah sahabatku yang jauh

Rasa berpisah hatiku

Bagaikan seorang istri yang tanpa suami

Bagaikan seorang sahabat,

Yang memeluk sahabatnya dengan diam-diam

Menjelang pemenjaraannya

 

1830

 

BUKIT GEORGIA 

Di bukit-bukit Georgia kegelapan malam merentang;

Aragva mericik lirih di hadapanku.

Aku merasa sayu dan mudah; kedukaanku berpancaran;

Kedukaanku dipenuhi olehmu,

Kecuali olehmu; olehmu seorang

Tidak ada yang menyiksa kemurunganku,

Tidak ada yang mengusik,

Dan hati sekali lagi kembali menyala

Dan mencintai – sebab itulah,

Hati tidak sanggup tidak mencintai.

 

1829

 

PERSEMBAHAN KEPADA SESEORANG

Aku ingat keselintasan yang memberi takjub:

Engkau muncul di hadapanku

Bagai pemandangan yang sepintas lalu

Bagai rupawanan sejati yang begitu pintar

Dalam kelelahan kesedihan yang tanpa pengharapan,

Dalam kecemasan kesia-siaan yang ramai,

Suara yang lembut lama memanggilku

Dan sifat-sifat yang jelita saling mengimpikan.

Tahun-tahun berlalu.

Tiupan angin badai melawan

Menghilangkan impian-impian yang dulu,

Dan aku melupakan suaramu yang lembut,

Sifat-sifat surgamu.

Di pelosok yang sudut, di dalam kegelapan pemenjaraan

Dasar hatiku menggeliat lirih.

Tanpa kedewaan, tanpa inspirasi,

Tanpa butiran air mata, tanpa kehidupan,

Tanpa kecintaan.

Rasa untuk bangun mulai datang kembali di dalam jiwa

Dan sekali lagi engkau muncul

Bagai pemandangan yang sepintas lalu

Bagai kebagusan cerah yang begitu pintar.

Dan hati dihempas dalam kegiuran yang sangat

Dan kedewaan, dan inspirasi

Dan hidup, dan butiran air mata

Dan cinta

Menghidupkan kembali hati sekali lagi.

 

1825

 

DEMI TEPIAN PANTAI TANAH NEGERI YANG JAUH

Demi tepian pantai tanah negeri yang jauh

Kau tinggalkan tempat lain;

Di detik-detik yang tak terlupakan, di detik-detik yang menyedihkan

Aku menangis begitu lama di depanmu.

Tanganku yang terasa dingin

Berusaha menahankanmu;

Keluh rintihku memohon-mohon kepadamu untuk tidak menghentikan

Rasa ngilu berpisah yang mengerikan 

Tetapi kau, lantaran ciuman yang menyusahkan hati

Mengatupkan kedua bibirmu;

Dari tempat pelarian yang suram

Kau memanggilku ke tempat yang lain.

Kau katakan: “Di hari bersua

Di bawah langit biru yang kekal,

Di dalam bayangan pohon-pohon zaitun dan ciuman cinta

Kita sekali lagi, kawanku, akan bersatu.”

Tetapi di sana, di mana lengkung langit

Bercahayaan di dalam kilauan membiru,

Di mana bayang pohon-pohon zaitun jatuh di atas air,

Kau tertidur dengan mimpimu yang penghabisan.

Kecantikanmu, penderitaanmu

Lenyap di dalam jambangan abu mayat –

Dan dengan kecantikan dan derita, ciuman pertemuan sirna

Tetapi aku menantikan sentuh cium itu; yang memanggil-manggilmu

 

1830

 

AKU DI SINI, INESILLA

Aku di sini, Inesilla,

Aku di sini di bawah jendela.

Sevilla direngkuh

Kegelapan dan mimpi.

Kegagahan menjejali aku,

Aku diselubungi jubah hujan,

Dengan sebilah gitar dan pedang

Aku di sini di bawah jendela.

Kau tidurkah? Dengan bunyi gitar

Kau bakal aku bangunkan.

Lelaki tua-kah yang bangkit dari tidurnya,

Dengan pedang aku akan baringkan dia.

Tingkap sutra

Pasangkan di jendela…

Mengapa kau berlama?.. Tidakkah ada

Orang lain di sini?..

Aku di sini, Inesilla,

Aku di sini di bawah jendela.

Sevilla direngkuh

Kegelapan dan mimpi.

 

1830

 

jika ada masukan yang dapat diterima, terjemahan akan diselaraskan

 

Sungai di Georgia bagian Timur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun