Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melihat Pluralisme dengan Kacamata Berbeda

24 Mei 2019   09:14 Diperbarui: 24 Mei 2019   09:22 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Catherine Coulthard seorang guru ekonomi kelas XI  di Inggris. Coulthard adalah non muslim. Tapi murid-muridnya yang dalam asuhannya di Pleckgate High School Inggris, banyak yang menjalani puasa. Mereka yang berusia sekitar 15 tahun itu menghadapi ujian selama 30 menit sampai 2 jam dalam keadaan puasa.

Coulthard kemudian mengambil langkah simpatik yaitu dia ikut berpuasa meskipun dirinya non muslim. Ini langkahnya untuk bisa memahami bahwa keadaan yang harus dilampaui oleh murid-muridnya. "Mungkin jika pelut lapar bisa teratasi, tapi soal haus, mungkin yang terberat dalam berpuasa," katanya ketika ditanya oleh Lancashire Telegraph soal puasa yang dijalaninya.

Keadaan itu amat berat dimana puasa di daratan Eropa (termasuk Inggris) harus menahan lapar selama 19 jam . Rentang waktu yang jauh lebih panjang dari waktu puasa di Indonesia.

Kita tahu bahwa Inggris adalah negara multietnis dimana beberapa bangsa dahulu datang sebagai imigran lalu kemudian menjadi warga negara Inggris. Coulthard adalah satu bukti bahwa banyak pihak yang berusaha berempati dengan keyakinan lain agar dapat memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh pihak yang berkeyakinan itu.

Di banyak contoh kita juga menyaksikan di beberapa negara pluralism tumbuh dengan baik. Dimana ada masjid yang dipinjamkan umatnya sebagai tempat peribadatan umat Isa]lam pada hari Minggu. 

Juga sebaliknya gereja yang dipinjamkan ke umat muslim untuk dipakai sebagai sarana ibadah salat Jumat seperti yang bisa kita lihat di Jerman. Beberapa keyakinan tumbuh dengan baik.

Bagaimana dengan kita ?

Kita sering merasa bahwa kaum muslim sebagai mayoritas harus dihormati oleh banyak orang dan pihak. Pendek kata minoritas harus menhargai mayoritas karena jumlah mayoritas yang sangat besar. 

Padahal jika kita melihat cerita Coulthard menginsyaratkan bahwa mayoritas masyarakat Inggris (kaum non muslim) tidak keberatan untuk bersikap empatif terhadap keyakinan lain.

Bangsa kita mungkin terlalu lama dalam kompsisi dimana mayoritas harus dihormati sehingga pada masa puasa seperti sekarang ini sejak lama resto-resto harus menutup sebagian besar kacanya agar  para penikmat makanan tidak terlihat oleh orang luar yang sebagian sedang berpuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun