Mohon tunggu...
Kupret El-kazhiem
Kupret El-kazhiem Mohon Tunggu... -

Pelarian, Pengangguran, Soliter, Serabutan, Penduduk Bumi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jodoh dalam Jodoh-Jodohan

25 April 2011   20:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kadang saya gerah juga kalau ada orang bilang kepada saya selesai saya curhat kepadanya, dengan kata-kata, "Yang namanya jodoh itu nggak akan ke mana." atau dalam redaksi lain, "Manusia diciptakan berpasangan, pasti anda akan mendapatkan jodoh anda." atau jawaban seperti, "Tuhan telah menetapkan jodoh untuk anda, karena semua ada di tangannya."

Jawaban semacam demikian menampilkan Tuhan seperti orang tua yang sukanya menjodoh-jodohkan anaknya dengan orang lain yang terkesan wah, alias memukau. Apa Tuhan kerjanya cuma begitu doang? Tiap hari jodoh-jodohkan orang. Seperti main puzzle bongkar pasang, seraya menggumam, "kau sama dia, dia sama kau, ini di sini, yang itu di sana."

Tapi jodoh itu sendiri apa sebenarnya?

Kalau ada orang yang bilang ke saya, "Sabar ya, jodoh itu di tangan Tuhan." lantas maknanya apa? Malah yang dimaksud jodoh jadi terkesan konyol. Misalnya jika saya menikah dengan seorang perempuan, katakan bernama Hani. Apakah si Hani itu benar-benar jodoh yang telah ditetapkan Tuhan, bahkan sebelum saya lahir ke dunia? Apakah jodoh berarti orang yang kita nikahi? Lantas kalau saya bercerai dengan Hani, apakah berarti Hani bukan jodoh saya? Dan kalau misalnya saya menikah dengan Hani dikarenakan atas dasar keinginan orang tua, alias melalui jalur perjodohan sesama orang tua, apakah si Hani bisa dikatakan benar-benar jodoh saya yang telah ditetapkan Tuhan itu?

Contoh lagi si Siti Nurbaya yang menikah dengan Datuk Maringgih akibat proses di balik layar antara orang tua Siti Nurbaya dengan si Datuk. Apakah Datuk Maringgih itulah jodoh yang telah ditulis Tuhan di alam azali untuk Siti Nurbaya? Lalu si Syamsul Bahri itu siapa, orang yang berusaha merusak ketetapan Tuhan?

Terus kemudian ucapan bahwa manusia pasti diciptakan berpasang-pasangan, lantas bagaimana dengan orang yang berpoligami? Katakan Ali mempunyai istri dua, yakni Nayla dan Nura. Apakah yang dimaksud dengan berpasangan-pasangan itu tidak mutlak hanya terdiri dari dua orang, alias sepasang saja? Bisa jadi pengertian berpasang-pasangan itu jika diaplikasikan pada rumah tangga Nayla dan Nura, dalam bingkai poligami. Kalau diuraikan, Nayla berpasangan dengan Ali adalah sepasang. Dan Nura berpasangan dengan Ali juga sepasang. Maka dalam kehidupan Ali sesungguhnya dia punya sepasang istri, Nura dan Nayla. Yang seperti itukah yang dibilang saling berjodoh, dan jodoh yang telah ditetapkan Tuhan itu?

Lalu ada jawaban bahwa jodoh itu bukan berarti selamanya, seperti kalau misalnya ada dua orang sahabat bertemu di jalan setelah mereka kehilangan komunikasi. Berarti kan dua orang sahabat itu saling berjodoh bisa bertemu di satu tempat berbarengan, dan kemudian bisa berpisah lagi setelah pertemuan itu.

Nah, dari contoh ini sebenarnya bisa dilihat bahwa jodoh itu takkan bisa lepas dari prinsip "ada perjumpaan, ada perpisahan."  Lalu kenapa jodoh sampai dibela sedemikian rupa sebagai konsep yang azali dan sakral. Kenyataannya jodoh pun tak suci-suci amat. Bahkan terkadang bisa dimanipulasi biar dianggap itulah jodoh yang telah ditakdirkan Tuhan. Perilaku demikian utamanya suka dilakukan oleh ayah yang getol memaksa anak perempuannya untuk menikahi pria pilihan ego ke-ayahannya.

Maka dari itu, bagi saya konsep jodoh adalah konsep yang absurd, apalagi pakai dikaitkan dengan Tuhan segala. Karena jodoh tidak berlaku selamanya sampai kematian memisahkan. Kemudian yang disebut jodoh, jika mau dibilang jodoh, ternyata tak mesti antara satu orang pria dan satu orang perempuan. Bisa jadi jumlahnya jamak, seperti kata-kata pasrah perempuan yang mau dipoligami, "Mungkin ini sudah jodoh yang diberikan Tuhan."

Jodoh yang katanya ketetapan Tuhan itu juga tak luput dari campur tangan manusia, seperti contohnya pemaksaan orang tua kepada anaknya. Dan jodoh yang dielu-elukan sebagai hak Tuhan itu ternyata ada batas kadaluarsanya, bisa setahun, dua tahun, atau sepuluh tahun. Itu tandanya jodoh tidaklah abadi, maka ketetapan Tuhan soal jodoh juga tidak berlaku kekal. Jodoh bisa direcoki ulah manusia, dideterminasi kondisi sosial, politik, dan lebih-lebih ekonomi-ketika anak perempuan dijual untuk dinikahi rentenir biar utang lunas.

Konsep jodoh adalah ketetapan Tuhan cuma hiburan penggembira buat orang-orang jomblo, apalagi jomblonya karena memang nggak bisa mendapatkan calon pasangan. Atau nggak bisa menjual modal dalam dirinya untuk disukai orang lain. Berbeda dengan orang yang dengan mudah mendapatkan calon pasangan, dia bisa gonta ganti jodohnya sesuka dia, sekarang nikah besok cerai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun