Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trump-phobia Setelah Inaugurasi

22 Januari 2017   15:06 Diperbarui: 22 Januari 2017   15:12 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: www.spiegel.de

Belum 24 jam berlalu setelah inaugurasi presiden ke-45 USA, demonstrasi sebagai bentuk protes terhadap presiden terbaru USA ini sudah meramaikan jalan-jalan di Los Angeles, Mexico city, Washington. Di Washington Women's March menutup jalan-jalan, dengan tutup kepala berwarna pink, para wanita ini meneriakkan hak-hak wanita dan melawan ungkapan-ungkapan Trump yang merendahkan wanita dan rasistis.

Konon bahkan lebih penuh dan lebih ramai dari kerumunan perayaan inaugurasi Trump kemarin. Dalam demontrasi ini, selebriti juga berdatangan termasuk Madonna, yang bahkan menggelorakan revolusi. Madonna tidak sendirian sebagai selebriti yang tidak setuju terpilihnya Trump, Meryl Streep beberapa minggu sebelumnya dalam Golden Globe secara gamblang dalam pidatonya menyatakan ketidakpuasannya atas terpilihnya Trump sebagai presiden USA.

Trump dan Twitter

Presiden ke-45 USA ini, memang tidak hanya kontroversial, tapi presiden terajin dalam mencuit, lebih dari 34.000 cuitan ia tebar. Baik sebelum dan sesudah ia terpilih sebagai presiden, cuitannya selalu membuat heboh. Gaya komunikasi Trump, yang ngepop ini, bereaksi tidak hanya untuk menyerang balik pidato Meryl Streep misalnya, tapi juga menyerang masalah-masalah politis yang sifatnya sangat sensitif. 

Jerman, tidak sekali diserang oleh Trump, kritikannya atas kebijakan Merkel mengenai para pelarian politik dan pencari suaka hanya membawa Jerman pada keruntuhan. Lalu, teranyar menyasar perusahaan-perusahaan mobil Jerman, yang memproduksi mobilnya di Mexico. Ancaman verbal Trump lagi-lagi melalui cuitan akan menerapkan denda impor terhadap mobil dari Mexico, membuat para produsen mobil Jerman, yang berproduksi dan bahkan akan memperluas produksinya di Mexoco berkeringat dingin. Para industriawan Jerman tentu saja tidak tahu harus bereaksi seperti apa atas cuitan sekelas medsos ini, apakah harus dianggap serius seperti konferensi pers atau itu hanya curhat angin-anginan ??

Ketidaksukaan Trump terhadap Cina, tidak hanya sekali jadi bahan serangan cuit dari Trump, cuitan tentang Cina yang sampai 100 kali, terakhir bahkan diperparah dengan penerimaan telpon dari presiden Taiwan, yang tentu saja membuat Cina gerah. Padahal USA sejak tahun 1979 mengakui satu Cina. Banyak yang berspekulasi tentang orientasi baru USA akan politik Asia ini dan bahkan mengkhawatirkan meruncingnya permusuhan terhadap Cina.

Tidak hanya urusan luar negeri urusan dalam negeri Trump juga membuat resah. Tapi bila menelaah pidatonya Trump setelah pengambilan sumpahnya, pidato Trump masih terdengar sama seperti saat kampanye, cenderung kanan dan sangat berorientasi Amerika. Hal pertama yang dilakukan Trump pun setelah pelantikannya adalah menghapus Obama Care, padahal Obama Care ini mengasuransi kesehatan sekitar 23 juta penduduk Amerika. Tindakan Trump ini sebetulnya tidak mengagetkan, karena sejak kampanye Trump selalu mengkritik Obama Care sebagai pemborosan. Yang saya tidak mengerti bagaimana nasib 23 juta orang ini? Bagaimana bila mereka sedang di tengah penanganan medis? Apakah nasib kemanusiaan ini bisa dimasukkan kategori pemborosan? Tampaknya hanya Trump yang tahu.

Eropa Setelah Inaugurasi Trump

Bagaimana reaksi Eropa terhadap terlantiknya Trump? Bagi yang tidak suka dan khawatir tentu saja was-was tapi bagi partai-partai kanan Eropa, terlantiknya Trump membuat bergairah dan semakin bersemangat. Tanggal 21 Januari kemarin, di Koblenz Jerman bahkan ada event yang sangat besar mengumpulkan tidak hanya para fans garis kanan, tapi juga pemimpin-peminpin partai kanan Eropa seperti Geert Wilders dari PVV Belanda, Frauke Petry dari AfD Jerman, Mateo Salvini dari Itali dan Melanie Le Pen dari Perancis. 

Saya tidak tahu, gelombang apa yang akan dinanti dunia di masa y.a.d. Saya berharap tentu saja, dunia masih bisa melihat keberagaman bangsa sebagai sebuah nilai positif tidak kembali pada polarisasi yang hanya membawa perpecahan di dunia yang satu ini. (ACJP)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun