Mohon tunggu...
Komang Prasada
Komang Prasada Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencintai angin di pantai, di gunung, di sela dedaunan bahkan di lorong pasar. Mengagumi pikiran liar yang dilesakkan oleh kepala sederhana. Mencari setiap tulisan yang mampu menentramkan jiwa merdeka yang selalu gelisah bahkan ketika tertidur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Guru, Mengajar dan Mendidik Sesuai Zaman

26 November 2015   16:12 Diperbarui: 26 November 2015   21:37 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Noldy Lumangkibe, guru di pulau terluar di Sulawesi Utara sedang memberikan pelajaran bagi siswanya yang belajar di bangunan sekolah sangat sederhana di Desa Bannada. (Kompas.com/Ronny Adolof Buol)

Zaman Bapak Saya

Saya masih ingat cerita almarhum bapak saat menceritakan bagaimana gurunya mengajar di depan kelas. Menurutnya semua guru tidak ada yang tidak menguasai ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya. Sehingga tidak ada murid yang keluar kelas tanpa mengerti apa yang telah diajarkan

saya juga terkesan dengan cerita beliau bagaimana para murid hormat dan takut kepada guru-guru karena mereka selain mengajar dan mendidik juga mencontohkan hidup yang baik dan benar. Satunya kata dan perbuatan selalu ditekankan oleh para guru dan murid mengikuti panutan mereka karena yakin dengan mengikuti itu hidup mereka akan menjadi lebih baik.

guru dihormati dengan baik, di sekolah juga di lingkungannya. Segala perbuatan guru walaupun keras, tak pernah ada yang berani memprotes karena telah dipercaya bahwa itu adalah demi kebaikan. Guru pada umumnya tidak hidup dalam kemewahan. Mereka rela hidup sederhana, penuh perjuangan dan pengabdian demi mencerdaskan anak bangsa.

Sakng kagum dan hormatnya bapak pada gurunya, dia lalu berniat menjadi guru untuk menyebarkan ilmu yang akan berkembang dan tak pernah akan berhenti menyebar itu. Sayang karena tak ada biaya bapak gagal melanjutkan cita-citanya dan akhirnya memutuskan jadi tentara.

Zaman Saya Sekolah

Saya juga masih ingat bagaimana saya bersekolah. Dari mulai SD, SMP dan SMA saya masih mengalami KDSK (Kekerasan Dalam Sekolah Kita) lebay.... di SD guru saya selalu membawa penggaris panjang saat mengajar dan dia gunakan saat bertanya kepada murid dengan memukulkan ke punggung murid. Pertanyaan dia lontarkan, saat murid tak bisa menjawab dia mulai memukul dengan pelan dan jika tidak bisa juga menjawab makin lama pukulannya makin kencang.

saat pukulan tambah kencang pak guru akan bertanya kepada murid yang lain siapa yang bisa membantu temannya ini. Jika ada yang bisa menjawab maka selamatlah anak yang dipukul karena tidak akan dipukul terus, tetapi jika tidak ada yang menjawab pak guru akan pindah kepada anak lain untuk mengulang pertanyaan dan perbuatannya. Karena penggaris itulah saya selalu belajar lebih keras dan giat agar luput dari pukulan punggung ini. Hasilnya? Saya selalu tiga besar dari mulai kelas 4 hingga lulus SD.

Saat masuk SMP lebih seru lagi karena sebagian besar guru saya dari Sumatera Utara dan cara mengajarnya cukup membuat murid jantungan. Guru Fisika mengajar dengan membawa penghapus. Jika dia menerangkan pelajaran dan ada murid yang asik ngobrol maka dia akan panggil nama murid itu. Setelah murid menoleh dia akan lemparkan penghapus tepat ke kepala. Jika tidak keburu mengelak maka sudah pasti penghapus akan mendarat dengan nyaman di kepala dan menimbulkan rasa nyut-nyut sampai bel berbunyi.

Saat SMA, juga tidak luput dari KDSK. Ada guru yang bertanya sambil mendekati murid. Jika tidak bisa maka dia akan mencubit dada dengan cubitan kecil dan akan ditarik ke atas hingga murid akan mengkikuti hingga berdiri. Tidak sedikit korban yang menderita dada biru akibat cubitan ini. Namun karena itu akibat kebodohan murid, maka kami menerima dan akan menjadikan bahan ledekan bagi teman-temannya dengan sebutan cubitan cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun