Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Indonesia Rajai Kompetisi Mobil Irit se-Asia, Lalu Apa Selanjutnya?

19 Maret 2017   12:32 Diperbarui: 20 Juli 2017   22:11 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Sadewa dari Universitas Indonesia berhasil menduduki posisi pertama. Dokumentasi Kompasiana

Singapura - Tim Indonesia seolah tidak memberi ampun pada tim-tim dari negara lain. Posisi lima besar juara membuat mobil paling irit se-Asia disabet oleh lima tim dari Indonesia. Tim Sadewa dari Universitas Indonesia menduduki posisi teratas, disusul oleh ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember kemudian di posisi tiga ada Garuda UNY Eco Team dari Universitas Negeri Yogyakarta, posisi empat dan lima ditempati tim dari Universitas Sebelas Maret dan Istitut Teknologi Bandung. 

Kejayaan Indonesia ini diapresiasi oleh Shell Indonesia, General Manager External Relations Shell Indonesia, Haviez Gautama menyatakan rasa bangganya pada seluruh tim Indonesia. 

“Sangat bangga tentunya. Sebagai negara dengan tim peserta terbanyak, akan sangat sedih jika tidak ada tim yang masuk dalam setiap kategori,” ujar Haviez di sela-sela penyerahan piala Sabtu (18/3) kemarin.

Indonesia mendominasi. Tentu saja ini adalah hal positif yang bisa kita banggakan sebagai bagian dari warga negara Indonesia. Apalagi mereka adalah mahasiswa yang masih memiliki masa depan yang sangat panjang dan pemerintah harus memperhatikan potensi-potensi ini. Tapi kemudian muncul pertanyaan “setelah juara, lantas apa yang akan dilakukan?” 

Pertanyaan sederhana, tapi poin inilah yang paling penting sebenarnya. Akan sangat percuma jika potensi, kemampuan dan keahlian yang berhasil dibentuk dari kompetisi Shell Eco-marathon 2017 ini jika tidak bisa diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. 

Jika kita berkaca pada data, transportasi menjadi sektor yang paling banya mengonsunsi energi dunia. Hal inilah yang menjadi alasan utama agar pengembangan bahan bakar karbon rendah untuk kendaraan bisa dibuat. Jika tidak, pilihan kedua adalah masyarakat dunia harus menggunakan kendaraan yang irit bahan bakar agar penggunaan energi fosil yang semakin habis bisa lebih efisien. Atau pilihan terakhir, dunia harus segera mencari dan mengimplementasikan sumber energi alternatif. 

Pengembangan bahan bakar berkarbon rendah untuk kendaraan pun menjadi sangat penting. Dewasa ini ada sekitar 1 miliar kendaraan yang memadati tiap ruas jalan di seluruh dunia. Bahkan menurut Badan Energi Dunia (IEA) pada 2040 mendatang diperkirakan jumlah kendaraan akan meningkat dua kali lipat. 

Permasalahannya adalah, hampir sekitar 90 persen dari kendaraan yang sehari-hari digunakan masih menggunakan bahan bakar dari sumber energi fosil. Di sinilah poin pentingnya. Masyarakat dunia harus bisa bertransisi ke berbagai tipe energi lain untuk mengurangi emisi karbon dan meningkatkan efisiensi kendaraan. 

Inilah tujuan utama diselenggarakannya Shell Eco-marathon ini. Hal ini diamini oleh John Abbot, Downstream Director untuk Royal Dutch Shell yang sempat berinteraksi dengan tim Kompasiana saat media briefing di Hotel Changi Village, Singapura (16/3) lalu. 

“Dalam waktu dekat dunia akan membutuhkan adanya produksi massal bagi mobil bertenaga listrik dari baterai yang harganya terjangkau,” kata John. 

Ia melanjutkan, menurutnya selain itu dibutuhkan juga bahan bakar lain seperti hidrogen dengan jarak tempuh yang lebih jauh dan pengisian bahan bakar yang lebih cepat. Infrastruktur pendukungnya pun perlu dibangun dan yang terpenting adalah para pengguna yang harus ikut berpartisipasi dalam perubahan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun