Jakarta - "Meikarta, Meikarta Everywhere."
Itulah yang ditulis seorang rekan pada status Facebooknya. Tidak mengherankan, pasalnya kota mandiri yang diinisiasi oleh Lippo Grup ini iklannya hampir ada di seluruh sudut Jakarta.
Jika Anda sering bepergian menggunakan KRL, silakan dihitung berapa kali iklan Meikarta muncul di sana. Atau jika Anda sering membaca media online, cobalah lihat di media mana saja iklan Meikarta muncul. Tidak usah jauh-jauh, di Kompasiana pun demikian.
Mereka tampil di halaman paling depan, di sisi kanan dan kiri serta di bagian atas. Iklan mereka tampak "jor-joran" di sana seolah tidak ingin membuat masyarkat luput dari iklan mereka.
Bahkan iklan-iklan yang terus menerus di-push pada masyarakat ini bisa saja menjadi bahan guyonan baru netizen. Kita tahu sendiri netizen Indonesia sangat kreatif.
Hal apapun yang dianggap menarik perhatian bisa menjadi bahan candaan dan kemudian menjadi viral. Bisa saja di kemudian hari iklan Meikarta ini pun termasuk di dalamnya.
Beriklan, adalah tindakan yang sangat wajar dalam sebuah bisnis. Jika tidak beriklan, lantas dari mana konsumen akan sadar akan produk yang ditawarkan? Benar demikian bukan?
Tapi apa hanya ini tujuan Lippo Grup mengiklankan Meikarta secara besar-besaran? Sekadar aware kemudian berakhir dengan transaksi atau lebih dari itu?
Tim konten Kompasiana yang mendapat undangan peliputan saat launching Meikarta (17/8) kemarin mendapat jawabannya.
Menurut Ketut Budi Wijaya, Presiden Meikarta, iklan yang dilakukan oleh Lippo Grup dalam memperkenalkan kota mandiri ini sebenarnya tidak berlebihan.
"Tidak 'jor-joran' juga sebenarnya. Kami melakukan ini karena pasar properti memang sedang lesu," kata Ketut dalam sesi tanya jawab bersama awak media.