Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Di Balik Kemenangan Donald Trump

2 Desember 2016   15:35 Diperbarui: 3 Desember 2016   02:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

8 November lalu, rakyat Amerika Serikat menggelar pesta demokrasi terbesarnya. Mereka menentukan siapa presiden berikutnya yang akan memimpin selama empat tahun ke depan. Dua nama berseteru yaitu Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Parta Republik.

Hillary Clinton ketika itu diprediksi akan memenangkan suara terbanyak dan tidak sedikit pihak yang meramalkan ia akan menjadi presiden selanjutnya. Namun kenyataan berkata terbalik. Clinton kalah dalam pemungutan suara dan Donald Trump secara sah menjadi Presiden Amerika Serikat.

Banyak yang mempertanyakan mengapat Trump bisa menang padahal jika dilihat dari trend dan kecenderungan di media sosial, Hillary Clinton banyak mendapat dukungan. Melihat hal ini Kompasianer pun memiliki pendapat masing-masing dan berikut ini adalah beberapa opini Kompasianer terkait faktor-faktor yang melatarbelakangi kemenangan Donald Trump.

1. Kegagalan Buzzer, Media dan Kemenangan Trump

Ilustrasi. WahyuBlahe.com
Ilustrasi. WahyuBlahe.com
Kemenangan Trump dalam pemilihan presiden Amerika 2016 sangat mengejutkan, bukan hanya untuk rakyat Amerika, tetapi juga di seluruh dunia. Hal ini mengingatkan Kompasianer Riza Hariati pada peran Buzzer dan Media yang akhir-akhir ini sering didengungkan oleh pemerintah sebagai bagian penting dari penyebaran ideologi politik.

Buzzer awalnya dibayar oleh produsen  tertentu untuk mempromosikan produknya dengan menyebutkannya dalam post maupun status, juga dengan hashtag tertentu sesuai dengan perjanjian antara produsen dengan buzzer. Akhir-akhir ini disebutkan bahwa buzzer juga dibayar orang-orang tertentu untuk kepentingan politik untuk mempromosikan pesan-pesan secara tersembunyi.

Akan tetapi ternyata rakyat Amerika tidak peduli dengan semua Buzz itu. Mereka mendengarkan apa yang dijanjikan Trump, untuk mengembalikan Amerika kepada kejayaannya dimasa lampau. Mereka memilih sesuai dengan kebutuhan mereka, yang dijanjikan oleh Trump, betapapun tidak realistisnya. Semua karena pada dasarnya Trump mengerti kekecewaan rakyat Amerika terhadap situasi yang mereka alami. Perubahan yang di simbolkan dengan memilih Obama, ternyata tidak tercapai, dan karenanya mereka ingin kembali dipimpin oleh seseorang yang mewakili pimpinan yang selama ini mereka percaya.

2. Pelajaran yang Diambil dari Kemenangan Trump

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. cbnnews.com
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. cbnnews.com
Menurut Kompasianer Samuel Henry sebenarnya sulit menerima secara akal sebenarnya ketika mengetahui kalau Trump menang dari Hillary Clinton. Dengan penampilannya yang selama ini menjadi pusat perhatian karena omongannya yang relatif blak-blakan tapi cenderung ke pembawaan konyol, ternyata mampu menarik perhatian masyarakat AS.

Dia juga dianggap mengidap Islamphobia serta berkeinginan untuk membatasi jumlah imigran di Amerika. Sebuah pencitraan yang selama ini tidak pernah mengambim simpati dari publik. Tapi fakta sekarang berkata lain.

Terpecahnya publik AS mulai nampak ketika Trump berhasil membangun kelompok pendukungnya yang semakin lama semakin besar dan fenomena ini perlahan menular ke berbagai negara bagian. Di satu sisi banyak orang yang tidak suka dan menentangnya, tapi di sisi lain semakin banyak orang yang berpikir kalau apa yang dikatakannya itu menarik dan unik karena bergaya "out of the box".

Mungkinkah suara Trump adalah manifestasi kekecewaan dan kekesalan publik AS terhadap negaranya sendiri yang dianggap kurang becus? Bisa jadi dan tentu ada alasan-alasan lain.

3. 5 Penyebab Kekalahan Hillary Clinton

Hillary Clinton menelan kekalahan dalam Pemilu AS. Politifact.
Hillary Clinton menelan kekalahan dalam Pemilu AS. Politifact.
Kompasianer Mawalu mengatakan ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kalahnya Hillary Clinton dalam pemilihan. Pertama Amerika Butuh Pemimpin yang Kuat. Tentu saja Hillary Clinton tak bisa dianggap remeh begitu saja dan mengkategorikannya sebagai pemimpin yang lemah dan tak memiliki power, namun bagaimanapun juga pola berpikir orang Amerika rata-rata berpikir secara realistis bahwa pemimpin wanita tentunya akan menggunakan naluri alamnya sebagai makhluk yang lemah ketika ada kebijakan-kebijakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun