Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

7 Ulasan Pilihan tentang Hari Raya Nyepi Tahun 2015

18 April 2015   10:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:57 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 21 Maret 2015, Umat Hindu di seluruh dunia merayakan Nyepi (Hari Raya Nyepi), tak terkecuali Umat Hindu di Indonesia. Hari Raya Nyepidirayakan pada setiapTahun BaruSaka yang tahun ini jatuh pada hitunganTilem Kesanga(IX). Tilem Kesanga dipercayai merupakan hari penyucian bagi dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari (amerta)air hidup.

Di Indonesia, Hari raya Nyepi tidak hanya ramai dirayakan di Bali. Ini terlihat dari banyaknya reportase warga tentang kegiatan-kegiatan Nyepi di daerahnya masing-masing. Reportase/opini tentang perayaan Nyepi setiap tahunnya ramai dituliskan kompasianer. Pada tanggal yang sama, Kompasiana menjadikan Hari Raya Nyepi sebagai topik pilihan dengan tag "maknanyepi". Berikut ini adalah 7 ulasan pilihan tentang Hari Raya Nyepi tahun 2015.

1. Selamat Nyepi, Tahun Baru Saka 1937

sumber

Dalam artikelnya ini, Kompasianer Indira Revi selain mengucapkan selamat Hari Raya Nyepi kepada umat Hindu yang melaksanakan, ia juga menjelaskan makna Nyepi dan peranan agama dalam bermasyarakat. Kata “Nyepi” berarti 'sepi', 'sunyi' atau 'senyap'. Menyepi dari berbagai aktivitas dan memohon kepada Sang Mahakuasa untuk penyucian diri dan alam semesta. Umat Hindu pada saat itu melaksanakan catur brata, yaitu amati geni (tidak menyalakan api, termasuk api hawa nafsu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian) dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan/bersenang-senang). Ini dilakukan demi kesiapan batin menyambut tantangan kehidupan di tahun yang baru.

2. Nyepi di Bali, Tak Terlupakan

142917227626930408
142917227626930408
sumber

Kompasianer Mercy, dalam artikel ini menceritakan pengalaman ketika berkunjung ke Bali pada saat perayaan Nyepi. Banyak hal yang membingungkan yang ia jumpai di sana, seperti lampu-lampu yang mulai dipadamkan, jendela-jendela yang ditutupi koran, sampai ia pernah mendapat teguran pencalang dengan (melempar batu kecil ke genteng) sebagai tanda peringatan. Walaupun begitu, menurutnya, suasana Nyepi yang supersepi itu dapat  membuatnya hanyut dalam kontemplasi dan dapat menggali semua potensi diri yang bisa dikembangkan. Kesunyian Ini juga dijadikan sebagai cara kita berintrospeksi atas berbagai hambatan yang belum berhasil dan berharap kebaikan dapat dijumpai di tahun berikutnya.

3. Hal-hal Menarik mengenai Hari Raya Nyepi di Bali

Kompasianer Casmudi menceritakan hal-hal unik yang terjadi saat perayaan Nyepi di Bali, mulai dari tahapan dalam prosesi Nyepi seperti acara Melasti, Pecaruan/Pengerupukan, Ngembak Geni, dan suasana Bali yang ditinggal masyarakatnya untuk mudik. Menjelang Hari Raya Nyepi, khususnya bagi warga pendatang atau warga Bali yang beragama Islam melakukan ritual mudik ke luar Bali. Biasanya ritual mudik tersebut dilakukan untuk melakukan acara berwisata di daerah terdekat seperti Lombok dan Jawa Timur. Ulasan ini cukup bernas dan informatif sehingga mampu mengajak pembaca mengetahui hal apa saja yang terjadi saat bali sedang sepi (Nyepi).

4. Suasana Pusat Perbelanjaan Jelang Nyepi

14291738171110460243
14291738171110460243

sumber

Kompasianer Darwin Arya menceritakan aktivitas berbelanja masyarakat Bali pada H-2 mulai menunjukkan peningkatan. Mulai dari toko sembako, pasar tradisional,mini market, pasar swalayan hinggasupermarket, hampir seluruhnya diserbu warga. Kebanyakan mereka membeli kebutuhan bahan pokok untuk dikonsumsi selama Nyepi. Warga menyetok makanan, minuman dan kebutuhan-kebutuhan lain untuk keperluan selama prosesi Nyepi sedang berlangsung. Persiapan seperti ini sangat penting sebab selama kegiatan Nyepi berlangsung, aktivitas di luar rumah tidak ada dan banyak toko yang tutup karena pemiliknya Ibadah (Nyepi) atau ditinggal penduduknya mudik.

5. Api Menyambut Nyepi

1429175306344032508
1429175306344032508

sumber

Kompasianer I Ketut Merta Mupu menjelaskan sekaligus menjawab pertanyaan mengenai penting atau tidaknya arak-arakan ogoh-ogoh dalam perayaan Nyepi. Ia menjelaskan pada awalnya, ogoh-ogoh ada untuk membuat kawula muda bersemangat ‘Nyatur Desa, yaitu rangkaian acara Nyepi dengan mengelilingi desa membawa obor. Obor atau nyala api inilah sebenarnya yang menjadi ritual penting dalam rangkaian Tawur Kesanga di mana api digunakan sebagai penyucian desa (jagat). Ogoh-ogoh baru diadakan sekitar tahun 1967, yang ada dalam tradisi adalah tradisi obor mengelilingi desa. Artikel ini secara tidak langsung dapat menjadikan pengetahuan kita tentang budaya semakin bertambah.

6. Melihar Prosesi Nyepi Kirab Ogoh-ogoh di Yogyakarta

142917544315375618
142917544315375618

Hendra wardhana, Kompasianer Yogyakarta ini melakukan reportase tentang arak-arakan ogoh-ogoh di Jalan Malioboro. Kegiatan Kirab yang dimulai pukul 16.00 ini diikuti oleh ribuan peserta yang terdiri atas masyarakat Hindu, komunitas budaya dan pemeluk agama lain.Ribuan pengunjung Malioboro dan warga Yogyakarta setia menunggu meski gerimis sempat turun di kawasan tersebut. Dengan berpakaian Hindu Bali para peserta kirab tak hanya mengarak Ogoh-ogoh tapi juga melagukan syair dan doa. Sementara yang lain menabuh bunyi-bunyian dari seperangkat alat musik tradisional yang dibawa. Peringatan Hari Raya Nyepi di Yogyakarta tidak kalah meriah seperti di Bali.

7. Foto Kirab Ogoh-ogoh di Malioboro

1429176211584691256
1429176211584691256

Kirab ogoh-ogoh dimulai di Kepatihan dan berjalan menuju Alun-alun Utara tersebut sempat mundur sekitar setengah jam dari rencana awal. Kirab yang diikuti sekitar 20 ogoh-ogoh multikultural  dengan personil sekitar 600 orang tersebut mendapat sambutan antusias dari masyarakat Jogja maupun luar Jogja, bahkan juga turis luar negeri. Sama seperti Hendra Wardhana, Kompasianer Daniel ini juga menyuguhkan reportase mengenai prosesi kirab ogoh-ogoh di Jalan Malioboro. Dengan menggunakan bahasa visual (foto), kita secara tidak langsung diajak melihat mengenai suasana meriahnya acara kirab ogoh-ogoh tersebut, karena  seperti yang kita ketahui bahwa "gambar mampu berbicara walau tanpa kata-kata".

Itulah 7 artikel pilihan tentang topik pilihan "Makna Nyepi". Selamat berakhir pekan, Kompasianer. (KML)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun