Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Administrasi - Penyuluh Perikanan

Karyaku untuk Pelaku Utama Perikanan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

RICA Mahluk Halus Selamatkan Ekosistem Tambak

22 Juni 2017   05:04 Diperbarui: 22 Juni 2017   05:12 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inilah Probiotik RICA Produksi BRPBAP3 Maros

Research Institute of Coastal Aquaculture (RICA) adalah merek kemasan probiotik yang diproduksi oleh peneliti di Balai Riset Perikanan Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros Sulawesi selatan. Probiotik RICA sudah diujicoba di sejumlah petakan tambak udang di kabupaten Pinrang sejak 2010 silam. Hingga kini ada sekitar 100 hektare lahan tambak yang dikelola oleh 80 orang pembudidaya sudah menerapkan probiotik RICA. Produksi udang windu  mencapai 120 kg/ha/siklus. Sebelumnya hanya mampu capai 50-75 kg/ha/siklus.  

Tambak udang windu di kabupaten Pinrang terbentang luas di sepanjang garis pantai selat Makassar dari mulai kecamatan Suppa, Lanrisang, Mattiro Sompe, Cempa, Duampanua hingga kecamatan Lembang  dengan luas total sekitar 12.000 hektare. Tambak-tambak udang tersebut sudah beroperasi puluhan tahun silam dengan pola tradisional hingga intensif.

Untuk menciptakan agar produktivitas tambak tetap lestari maka mengharuskan pembudidaya melakukan rekayasa ekosistem. Perekayasaan ekosistem ini dilakukan karena adanya kondisi yang tidak memungkinkan bagi udang maupun ikan untuk tumbuh maksimal seperti di habitat aslinya. Lantas dilakukan berbagai hal untuk meningkatkan efisiensi dan mendapatkan hasil yang optimal.  Pembudidaya pun harus melakukan beberapa perubahan sehingga memenuhi daya dukung untuk mendapatkan hasil yang optimal tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah aplikasi mahluk halus berupa bakteri probiotik.

Peneliti BRPBAP3 Maros, Muharjadi Atmomarsono mengatakan, aplikasi probiotik di tambak bertujuan  untuk bioremediasi yakni penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.  Pada umumnya probiotik digunakan untuk mengatasi toksin yang diproduksi selama proses budidaya.  Sisa pakan, feses, jasad renik yang mati, dan lainnya akan berakumulasi di dasar tambak dan sebagian terlarut dalam air.  Jika dibiarkan maka keseimbangan ekosistem terganggu dan hasil produksi tidak akan maksimal.

Probiotik RICA dihasilkan dari mikroba non patogenik yang secara alami ada dalam lingkungan di air dan dalam tubuh ikan yang bekerja dengan proses bioremediasi, biokontrol saluran cerna, serta sebagai penyaing bakteri patogen, antara lain bakteri Bacillus Subtillis, Lactobacillus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter. Probiotik mengandung bakteri hidup atau spora sehingga peredarannya harus diatur agar bakteri yang dikultur adalah betul-betul bakteri yang tidak patogen dan tidak terkontaminasi oleh bakteri patogen yang berbahaya bagi lingkungan tambak.

 Bakteri non patogen yang terdapat dalam probiotik akan mengurai bahan beracun menjadi tidak berbahaya bagi udang dan ikan. Penggunaan probiotik juga ditujukan sebagai biokontrol dalam sistem pencernaan udang dan ikan, hal ini sejalan dengan pemikiran bahwa bakteri non patogen dapat membantu mencerna pakan lebih cepat dan mudah untuk diserap ke dalam tubuh.

Muharjadi Atmomarsono mengatakan,  penggunaan bakteri probiotik RICA pada pemeliharaan udang windu memiliki banyak keuntungan antara lain : aman karena tidak mengandung bahan kimia; tidak terakumulasi dalam rantai makanan; adanya proses reproduksi yang dapat mengurangi pemakaian berulang; organisme sasaran jarang yang menjadi agen resisten terhadap agen probiotik. Intinya, penggunaan probiotik RICA ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas udang windu ramah lingkungan.

Cara Perbanyakan di Tambak

Bahan : Bakteri probiotik RICA dapat diperbanyak melalui kultur di lokasi tambak. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain bakteri probiotik RICA, yaitu isolat BT951, MY1112 dan BL542 dalam media nutrient broth (100-200 ml), tepung ikan 400 gr, dedak halus 1.000 gr, ragi roti (yeast) 100 gr, molase (tetes tebu) 500 gr atau 375 ml dan air tambak 20 liter.

Peralatan Kultur : Sedangkan peralatan kultur yang disediakan antara lain aerator double power 1 unit dilengkapi slang aerasi, ember besar tertutup untuk wadah kultur, jerigen steril, corong plastik, gayung, takaran literan, timbangan, spidol, kompor gas, panci stainless volume 50 liter, pengaduk, ember dan beberapa stoples.

Cara kultur : Pertama-tama memasak dedak dan tepung ikan dalam 20 liter air tambak hingga mendidih. Matikan api kompor lalu masukan ragi roti sambil diaduk kemudian masukan molase terus aduk hingga merata. Dinginkan campuran tersebut dengan cara merendam panci ke dalam tambak atau membaginya ke dalam beberapa tempat agar cepat dingin. Setelah dingin air tersebut dibagi kedalam dua ember lalu masukan bakteri probiotik sebanyak 10-50 ml/ember kemudian diaerasi secara terus menerus dengan aerator AC/DC. Setelah dikultur selama 4-5 hari konsentrasi bakteri sudah mencapai 10 pangkat sepuluh hingga 10 pangkat dua belas CFU/ml. Bakteri probiotik siap digunakan di tambak dengan dosis 0,2-1 ppm atau 2-10 liter/ha dengan kedalaman air 1 meter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun