Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rindu Kembali Menulis Karya Sastra

28 April 2019   21:48 Diperbarui: 28 April 2019   22:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi diambil dari pixabay.com

Kali ini aku benar-benar rindu sastra kembali, sudah lama aku tidak lagi menulisnya. Sastra tidak hanya menjadikan semua yang membacanya berpikir, sastra juga bisa menjadi jalan imajinasi seseorang untuk berkarya dan berseni sesuai dengan alur diri. Rasanya aku ingin sekali membuat tulisan sastra yang indah "bukan saja untuk diriku tetapi untuk burung-burung yang urung bernyanyi di luar sana".

Aku mengira tidak harus diakui dulu sebagai sastrawan masyur untuk berkarya. Semua orang bisa berkarya selagi mereka bisa menulis. Tulislah apa yang akan menjadi kemauan untuk ditulis. Sastra merupakan tulisan bebas yang membebaskan dirinya dari belenggu apapun termasuk rasa ketidakpuasaan akan hidup yang begitu rumit. Kalau saja ingin menari dan mengekspresi diri lewat tulisan, sastra adalah metodenya. Selagi burung masih berkicau, angin masih berhembus, masih ingin menulis, tulislah semuanya jangan ragu dan jangan pernah malu.

Sebelumnya memang tidak akan pernah tahu, apakah karya akan dihargai atau akan dilupakan oleh semesta? Namun semua perlu tahu, mengukir tinta dipapan digital itu tidak semua orang mampu dan bisa. Sebenarnya banyak orang bisa dan mampu menulis tetapi tidak semua orang mau membaginya. 

Di dunia digital seperti ini membuat hidup dan karya seni lebih mudah dikenal. Pertanyaanya adalah mampukah dengan percaya diri bereksistensi disaat keterbukaan sudah dimulai? Abad 21 ini, semua bebas mengenal siapa-pun dan dimana-pun. Abad 21 gerbang peradaban yang menabjubkan antara kehidupan dan karya.

Saat ini semua orang berhak memilih, mau seperti apa dia, dan bagaimana dia. Besok,  mereka semua pun dapat juga masih dapat memilih. Katanya orang hidup selalu memilih seperti apa dirinya? Tetapi sudahkah semua orang memilih menjadi dirinya sendiri? Teruntuk semua orang "jika hidup di abad 21, memang harus bertarung dengan segala kemunafikannya sendiri".

Kau tahu orang-orang abad 21 ini? Hari ini manusia lebih menarik dari sebelumnya, banyak dari mereka berhias, tetapi saat banyak manusia berhias, hiasan sudah-lah tidak menarik lagi. Abad 21 ini membauat seakan manusia digdaya dengan aksesorisnya. Mereka menerka-nerka manusia lain yang sama berhias. Dengan mencoba menariknya bersama atribut aksesorisnya yang menawan. Semua itu memang terlihat rupawan namun yang lebih menarik adalah mereka yang telanjang. Yang telanjang selalu unik dan menggairahkan, ia hidup tanpa jimat abad 21, menjadi apa adanya dial ah ketelanjangan itu

Di abad 21 ini akan tetapi, setiap hari aku tidak bisa memilih tidak gelisah. Setiap saat gagasan selalu lahir di dalam nalarku harus seperti apakah diriku kini. Bagaimanakah aku bereksistensi sesuai dengan minat diriku sendiri? Dimana tempat paling nyaman disini? Akankah semua dapat di terima disini? Bagaimanakah hidup selamat di masa depan? Jawaban untuk segala pertanyaan itu aku manifestasikan dengan berjalan di tempat dan keadaan yang aku yakini sekarang. Dimana pun merupakan keadaan yang sama, semua sama menjalani hidupnya sendiri.

Semua tentang manusia dapat kita ditafsirkan dengan menulis. Bagi saya menulis merupakan diri dari bersama cerminan indah tidak terbatas yang, "setiap diri manusia itu punya". Menulis merupakan bagian dari jiwa, gagasan dan penafsiran kita pada sebuah kasus yang ada pada kenyataan hidup disekitar kita. 

Bahkan dengan menulis kita dapat menggerakan diri mewujud menjadi kenyataan yang tidak bisa dikesampingkan. Kini apa arti dan tujuan tentang apa yang kita harus tulis? Menulis, lagi-lagi ia adalah gerakan diri yang murni dari dalam diri sendiri. Tanpa tujuan, tanpa angan, hanya saja ia mulai menemukan kebanggannya sebagai manusia dengan menulis.

Siapa pun punya hak untuk menulis apapun dan untuk kepentingan apapun. Tetapi tidak semua kepenulisan dapat diterima oleh masyarakat luas. Ditambah lagi dengan kepenulisan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan tentang apa maksud dan tujuan kepenulisannya. Baik dan buruk kepenulisan bukanlah diri sendiri yang menilai tetapi orang lain yang membaca tulisan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun