Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Perubahan dan Waktu Hidup Manusia

24 April 2019   19:27 Diperbarui: 25 April 2019   23:52 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Masa lalu tidak dapat dirubah, begitupun masa depan; ia tidak bisa tersentuh. Sepertinya demi masa merupakan demi apa manusia itu hidup, dan bagaimana manusia memperlakukan hidupnya sebagai manusia"

Saat keadaan mulai nyaman dan tentram, nanti akan terselip kegaduhan dari luar yang mengganggu kenyamanan batin manusia. Terjadi lagi dan terjadi lagi ini kenyataannya. Perubahan adalah waktu waktu itu sendiri. Saya lihat pagi mentari muncul dari arah timur, disore hari akan tenggelam diarah barat. Apakah kehidupan "semesta" ini perubahan-perubahan itu? Saya terus merenungi keadaan ini. Saya sadari, jika saya berada di keadaan yang nyaman, saya merasa jauh akan perubahan-perubahan yang harus saya buat. Tanpa perubahan hidup tidak akan mempunyai makna. Jika sudah lagi tak bermakna; "hidup ini seperti mati, mati terbunuh kenyamanan hidup".

Evolusi pemikiran pikiran ini seolah menjadi saksi ,dimana dewasa ini segala kemungkinan dapat saja terjadi "termasuk hal yang berkaitan dengan cara bekerja manusia". Kemajemukan dunia kerja membuat kultur manusia sebagai makluk primitifpun berangsur berubah menjadi manusia moderen yang mengutamakan sebuah mode. Sendi-sendi kehidupan mulai berubah, pemikiran mausiapun mulai tumbuh. Bagaimanakah cara manusia bisa bertahan dengan perubahan? Apakah kiat-kiat bertahan hidup dengan cara kita selama ini efektif?

Saya akan mengulasnya, bahwa topik ini benar-benarakan menjadi masalah yang serius untuk kita renungi sebagai sesuatu yang hidup pada masa ini. Manusia dan pikiranya merupakan entitas yang hidup, pada dasarnya akan mengalami pertumbuhan, begitupun dengan perubahan akan terus berubah. Adanya budaya saling pengaruh dan mempengaruhi pada hidup manusia pun akan terus berangsur-angsur berubah. Komputer adalah karya dari pemikiran satu manusia, tetapi luar bisanya komputer mempengaruhi sebagian besar manusia didunia. Bukankah ini dapat diajadikan narai yang luar biasa bukan?

Komputer sebagai contoh yang nyata. Kita sekarang bisa melihat bahwa hegemoni teknologi  "komputer sangat kuat". Era komputerisasi membuat kehidupan manusia mulai berubah sampai ketingkat dasar. Seperti apa kehidupan kompetitif  yang ditawarkan sistem komputer kini? Sistem komputerisasi merambah kesegala aspek kehidupan termasuk dunia kerja. Dalam hidup sendiri bekerja berarti "bertahan hidup bagi manusia".  Majunya peradaban komputerisasi membuat manusia pekerja kini dihadapkan dengan pemikiranya, bagaimana bertahan dengan sistem? Apa yang harus dilakukan supaya tidak terdampak atas perubahan sistem?

Manusia kini tidak hanya tumbuh fisik tetapi juga harus tumbuh pemikiran. Untuk itu manusia harus menyatu dengan sistem jika tidak maukalah oleh sistem.

Perubahan waktu  itu, secara tidak sadar pun antara uang dan kesenangan adalah barang yang paling dicari saat ini. Dari sekian banyak orang ketika mendapatkan uang, "entah itu dari bekerja, korupsi, atau menipu sekalipun".

Tujuannya tentu untuk memenuhi kebutuhan disamping itu juga sebagai alat tukar kesenangan. Dengan uang kesenangan menjadi beragam , kesenangan berupa jalan-jalan, belanja, kemewahan dan lain sebagainya yang bisa dibeli dengan uang.

Ketika saya merenungi, apakah esensi hidup seperti ini? Setiap hari kita mencari uang? Jika uang sebagi alat tukar kesenangan, berarti setiap hari kita mencari kesenangan? Apakah ini tujuan tertinggi hidup manusia? Kesenangan bersifat variatif ini berarti kesenangan masing-masing orang berbeda? Bagaimana jika hasil uang dari bekerjanya tidak cukup untuk memenuhi kesenanganya?

Saya kira beban psikologis lebih berat ada pada orang yang belum mampu membeli kesenangannya. Bagi orang yang sudah dikatakan mampu membeli kesenanganpun "belum tentu dia bebas dari beban psikologisnya", jika masih terbuai harapan akan kesenangan yang tidak pernah habis. Orang bijak berkata bahwa "manusia tidak pernah puas dengan apa yang dicapainya"

Oleh karenannya "hidup tanpa kesadaran membuat terperangkap di dalam lubang penderitaan yang paling dalam itu". Manusia adalah mahkluk yang berpikir dan diberi keleluasaan dalam bertindak atas dasar pikirannya. Sekarang terserah kita mau menjadi mainstream atau anti mainstream, pengikut atau yang di ikuti?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun