Mohon tunggu...
Toto Priyono
Toto Priyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu bintang besar! Apa yang akan menjadi keberuntungan Anda jika Anda tidak memiliki sesuatu yang membuat Anda bersinar? -Friedrich Nietzsche-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Letusan Anak Gunung Krakatau

25 Desember 2018   19:00 Diperbarui: 26 Desember 2018   15:33 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengingat iklim yang terjadi didunia saat ini. Pemanasan global, lingkungan yang rusak dan industrialisasi yang bertumbuh dengan cepat tanpa kendali, saya mengira ikut andil dalam meningkatnya akativitas gunung anak kerakatau. Dampak letusak Krakatau tahun 1883 bukan hanya berdampak pada hindia belanda (Indonesia) saja tetapi juga dunia.

Hari sabtu tanggal 22-12-2018 gelombang besar menerjang sejumlah kawasan dipesisir  selatan sumatra dan ujung barat jawa. Diperkirakan aktivitas vulkanik gunung anak krakatau  memicu tanah longsor dibawah laut yang mengakibatkan gelombang tinggi. Kabar data korban bencana itu diperkirakan 281 tewas dan 1.016 luka-luka.

Berkaca dari letusan gunung kerakau tahun 1883 silam. Jumlah korban sekarang masih sedikit dibanding sebelumnya. Tidak menutup kemungkinan  akan terulang seperti tahun 1883 malah mungkin juga berpotensi lebih besar dari sebelumnya. Letusan gunung Krakatau merupakan letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah. Korban yang ditimbulkan setidaknya mencapai 36.417 jiwa akibat letusan dan dan tsunami yang dihasilkannya pada tahun 1883.

Jika dipikir lebih dalam dampak setelah bencana meletusnya gunung Krakatau bagi bumi sepertinya sangat positif termasuk upaya bumi menyehatkan dirinya kembali. Letusan gunung Krakatau tahun 1883 mempunyai dampak yang sangat jauh bagi dunia. Ia juga menyebabkan padangan senja yang luar biasa tidak hanya dibumi tetapi seluruh planet dan juga menurunkan suhu global hingga abad ke-20. Saya mengira bencana-bencana yang telah bumi ini ciptakan bukanlah upaya ia ingin merusak tatanan makluk yang didalamnya. Melainkan bumi tahu dia rusak karna dirusak dan harus mengembalikan kesehatan dirinya sendiri dengan bencana yang akhirnya mengubah kondisi bumi itu sendiri.

Adanya bencana seharusnya menjadi pelajaran bagi kita umat manusia. Memang kita tidak pernah tahu kapan ia akan datang dan terjadi. Namun bukankah kita hidup berdampingan dengan alam semesta terutama bumi yang kita tinggali? kita perlu bertanya lagi pada diri kita apakah bencana bisa diminimalisir? Jika memang bencana sudah siklus alam mungkinkah manusia pantas mengutuk? Belajar dari gunung Krakatau dan dampak yang ditimbulkan setelah letusannya. Mungkinkah apa yang kita lakukan pada bumi ini mengakibatkan ketidakseimbangan baru bagi bumi dan membuat bumi beraktivitas menyehatkan kembali dirinya sendiri dengan bencana?

Belajar dari letusan anak gunung Krakatau. Menjadi manusia penghuni bumi seharusnya mempunyai kesadaran merawat bumi yang kita tinggali. Tidak membiarkan dia sakit dan menyembuhkan dirinya sendiri dengan bencana. Bisa jadi bencana yang sering terjadi ini disebabkan oleh ulah kita manusia yang cenderung merusak bumi, mengeksploitasi habis bumi dan urung untuk merawat bumi. Tingkah kita mungkin mempercepat bumi menuju kerusakan. Dan benacana yang ada adalah upaya bumi menyehatkan lagi dirinya sendiri. Mungkin jika tidak ada upaya merawat bumi lebih baik dan tetap membiarakan bumi terus di rusak, manusialah yang mempercepat kehancuran bumi itu sendiri. Bencana demi bencana mungkin akan terus menyusul kedepannya dan bumi hancur ketika ia tidak mampu menyehatkan kembali dirinya sendiri. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun