Mohon tunggu...
koink
koink Mohon Tunggu... -

hidup lebih sempurna bila memberi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setelah Aksi 212 Nanti

30 November 2016   23:31 Diperbarui: 30 November 2016   23:54 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah ada kesepakatan antara Polri yang dikepalai oleh Jend. Tito Karnavian dengan para pihak (ulama) melalui forum MUI dengan GNPF MUI menyepakati jenis dan teknis pelaksanaan aksi pada 2/12 nanti. Jalan tengah yang boleh dibilang jalan super yaitu aksi unjuk rasa berjudul "Aksi Super Damai 212".

Inti daripada kesepahaman itu adalah bahwa aksi 212 nanti akan dilaksanakan dengan sangat damai, yaitu dengan menggelar ibadah gelar sajadah di Monas yang sebelumnya direncanakan di jalan Sudirman - Tamrin. Kemudian kesepakatan yang paling ditekankan lagi adalah bahwa apabila ada aksi yang melanggar hukum pada 212 nanti adalah bukan bagian dari aksi GNPF MUI dan polisi dapat langsung bertindak dan bukan bagian daripada tanggung jawab GNPF MUI. 

Terlihatlah upaya keras dari pihak kepolisian bagaimana supaya untuk meredam aksi 212 ini tidak sampai mengganggu kepentingan umum di sekitar Jakarta apalagi sampai mengganggu stabilitas nasional. Acara-acara konsolidasi kebangsaan banyak digelar, mulai dari RI sampai ke tingkat Polres dan Kodim. Aksi bertajuk Kebinnekaan dirancang agar masyarakat tetap solid dengan NKRI kita.

Marilah kita mencoba melihat kedepan, bila kita simpulkan di depan bahwa Aksi 212 ini terwujud dengan super damai. Maka tentu doa-doa kedamaian telah berkumandang dari lapangan Monas. Apakah kedamaian itu akan tetap bertahan setelahnya? Yang paling menggelikan mungkin, apakah Aksi 212 yang Super Damai ini benar hakikatnya bersumber dari kedamaian? Saya curiga! Tentu, bila ini adalah bersumber dari hati dan pikiran yang damai, walau dengan nama Maha Damai pun, saya tidak bisa melihat ini adalah hakikat kedamaian. 

Pastilah karena adanya ketidakpuasan dalam hati atau pikiran secara "politik". Memang, sangatlah "seksi" bila dasar dari keyakinan ummat dibuat jadi peluru perang politik. Kenyataannya memang begitu, setuju atau tidak? Itulah menariknya manusia. Lah, kita memang hanya manusia yang mayoritas penganut agama langit. Bicara langit, akhirat (setelah kematian) menjadi impian melalui doa-doa yang kita tidak mau mengakui dan menguji kebenarannya atas dasar hikmat pikiran yang diberikan oleh TYE kepada setiap insan di dunia ini. 

Kembali lagi, setelah aksi 212 ini nantinya, apakah ada jaminan bahwa aksi-aksi damai perangi ahok tidak ada lagi? Setelah Ahok menjadi tersangka, minta ditahan. Alasan subjektif maupun objektif oleh kewenangan Polri dianggap tidak memuaskan. Kalau saya berprediksi Jaksapun tidak akan menahan Ahok setelah mungkin Minggu depan kasusnya akan P21 dan bertepatan nantinya setelah aksi 212. Lalu? Mereka orang akan tetap melakukan aksi?

Apakah Polri juga akan melakukan tawar menawar lagi demi stabilitas nasional? Kita tunggu saja strategi politik wayang ala Jokowi. Kita akan sangat penasaran dengan akhir ceritanya nanti. Mungkin persis seperti cerita pewayangan. Kita tidak tahu jalan cerita bayangan yang dilakonkan oleh wayang dibalik tirai. Tapi setelah wayang berakhir, penonton baru sadar inti dan pesan dari cerita si pewayang.

Pekikkan Takbir untuk Habieb Rizieq dkk! 😉

Salam Merdeka, salam persatuan

Indonesia Bersatulah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun