Tanggal muda, selintas mengingatkanku pada kebiasaan ibu. Memasukkan sejumlah uang ke dalam amplop-amplop yang terpisah. Salah satunya amplop Sumbangan Pembinaan Pendidikan atau SPP.Â
Tidak lupa juga menyisipkan selembar uang ke dalam buku tabungan sekolahku yang berwarna coklat. Bentuknya seperti buku catatan kecil. Isinya hanya beberapa halaman, Â sangat tipis dua sampai empat halaman. Kira-kira cukup untuk satu atau dua semester. Â
Menabung itu merencanakan
Menabung, sekolah mengajarkan pentingnya berhemat dan memiliki rencana. Seperti kegiatan wisata atau pentas seni. Menabung itu merencanakan suatu kegiatan yang membutuhkan dana atau uang dikemudian hari. Belajar dari kebiasaan ibu yang selalu mengisi tabungan saya waktu itu.
Kebiasaan unik menurutku saat itu, memisah gaji bulanan ayah ke dalam amplop-amplop. Warnanya sampai kuning dan kusam karena tidak pernah diganti. Setelah besar baru mengerti itu merupakan cara praktik mengelola uang.Â
Kebiasaan itu saya tiru saat saya kuliah. Bedanya, saya tidak menggunakan amplop. Tapi cukup disimpan di lemari di kost. Uang kiriman dari orangtua, saya pisah-pisah. Uang sewa kost saya letakkan paling depan di bawah tumpukan baju di sebelah kiri. Biar mudah mengambil dan dibayarkan ke ibu kost.Â
Sisanya saya letakkan lebih dalam atau kebelakang di bawah tumpukan baju. Supaya setiap membuka lemari tidak tergoda untuk mengambilnya. Jumlahnya sih tidak seberapa, sedikit namun sangat berarti bagi anak kost.Â
Setelah tiga bulan, uang sisa kiriman baru saya tabung ke bank. Malu jika tiap bulan ke bank hanya menabung sedikit dan tidak sepadan dengan waktu saat antri.Â