Mohon tunggu...
Ko In
Ko In Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berikan senyum pada dunia

Mendengar dan bersama cari solusi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kakek, Maaf Aku Baru Bisa Berbuat Ini

17 Agustus 2017   19:59 Diperbarui: 25 Agustus 2017   02:52 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Tidak pernah aku rasakan pelukan sayang kakek setiap kali liburan ke rumahnya. Hanya senyum ramah penuh kerinduan dan pelukan nenek yang aku rasakan. Kerinduan tentang sosok kakek muncul dari mulut pertanyaan seorang cucu yang ingin mengetahui dimna kakek.

Pertanyaan itu sellu meuncul manakala nenek menemani aku tidur. Dari mulutnya keluar pengakuan kalau kakek sudah meninggal. Dan jasadnya dimakamkan sangat jauhhh...... Jelasnya dengan kata yang panjang. Ketika terus aku desak akhirnya mengaku kalau kakek dimakamkan di luar jawa. Di Makasar, Sulawesi.

Pertanyaan ingin tahu pun terus keluar dari mulut mungilku. Tanpa menyadari air mata nenek membasahi bantalnya. Kakekmeninggal di Makasar dalam sebuah peperangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.  Dan jasadnya dimakamkan di sebuah taman makam pahlawan di Makasar..

Kakekku sudah mengorbankan nyawanya untuk bangsaku. Lalu apa yang telah kuperbuat apa untuk bangsakau? Pertanyaan dari Kompasiana yang menyentakku. Membuatku berefleksi akan pengorbananan nyawa kakek.

"Maaf kakek. Aku belum bisa berkorban sepertimu. Namun aku yakin semangat perjuanganmu merupakan bagian yang ada dalam diriku." kata hatiku. Perjuangan untuk melawan kesombongan.

Salah satunya adalah kesombongan akal. Tidak sedikit orang yang saat ini merasa pandai. Merasa menguasaia ilmu dan pengetahuan tetapi meninggalkan budi pekerti. Tidak sedikit orang yang disebut intelektual berpikit dan berkata-kata hanya untuk kepentingannya sendiri atau kepentingan kelompoknya.

Kepandaainnya bukan diperuntukan membantu sesama tetapi melah untuk membodohi bahkan untuk menuipu orang yang tidak tahu dan tidak mengerti. Tidak jarang malah menyesatkan orang yang butuh pertolongan atau bantuan.

Tidak sedikit orang mengalami  kesombongan moral. Kekuasaan, jabatan dan status dianggap sebagai miliknya. Yang harus dimanfaatkan, diperhitungkan imbal baliknya. Menggunakan aji mumpung Miskin semangat memberi dan berbagi.

Kakek , semoga engkau mendengar kan keluh kesahku dari surga. Kakek aku masih banyak melihat ketimpangan itu. Dan aku merasa bersalah jika membiarkan hal itu terus terjadi. Merasa bersalah menyia-nyiakan pengorbanan nyawamu demi mempertahankan negara yang merdeka. Merdeka dalam arti seluas-luasnya. Bebas dari penjajahan kekuasaan jabatan atau ekonomi.

Untuk itu kakek jangan salahkan aku jika aku menjadi begitu kritis terhadap berbagai masalah sosial. Bukan ingin berlagak sok pahlawan. Tapi merasa jengah melihat banyak berbagai persoalan sosial.

 Beberapa kali bertemu dengan teman-teman mahasiswa tidak sedikit mereka ketahauan sangat jarang membaca. Aku hanya meminta mereka mulai banyak membaca buku. Bukan membaca status di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun