Mohon tunggu...
Kwee Minglie
Kwee Minglie Mohon Tunggu... lainnya -

Motto : Hiduplah bermanfaaat bagi orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gempar di Balai Kota DKI

26 April 2017   17:53 Diperbarui: 27 April 2017   03:00 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mulai kemarin dan 26 April hari ini, terjadi peristiwa yang menggemparkan ibu kota Djakarta, khusunya di Balai Kota DKI, dimana Ahok-Djarot berkantor. Satu pandangan yang sangat mengejutkan seolah-olah di Balai Kota ada pesta hajat besar dimana halamannya dipenuhi bunga-bunga papan ukuran besar, bahkan nurut keterangan sampai seribu lebih dan masih berdatangan. Bunga-bunga dengan ucapan yang cukup mengharukan, dengan makna expresi begitu cinta masyarakat DKI kepada Ahok Djarot, walaupun pilkada 2017 mereka harus kalah. Kalah untuk menang dihati masyarakat, begitulah kira-kira digambarkan dalam ucapan-ucapan dalam bunga papan terpampang dalam balai kota sampai kiri-kanan jalan raya.

Yang mengejutkan kembali yaitu pagi-pagi hari dihalaman balai kota dipenuhi manusia, yang sulit dihitung jumlahnya, kemungkinan bisa diatas seribu manusia yang ingin sekedar lepas kangen, karena orang yang dikagumi akan meninggalkan Balai Kota, selaku Gubernur dan wkl Gubernur, walaupun jabatannya berkahir Oktober 2017, tapi niat itu sudah dilaksanakan saat ini. Mereka penuh kesedihan dalam raut muka, menanti dengan penuh sabar, Ada yang menyanyi begitu semangat untuk memberi dukungan pada Ahok-Djarot “ Maju Tak Gentar “  Mereka seolah-olah begitu mengebu-ngebu sambil menanti kedatangan Ahok. Mereka sekedar datang untuk kirim bunga, ingin bersalaman, ingin foto sebagai kenangan dan ada pula yang ingin menyampaikan keluh kesah atau berbagai persoalan pribadi yag ingin minta bantuan dan mencari jalan keluar yang dihadapai, setidaknya minta Ahok bisa mambantu pemecahan dan jalan keluarnya.

Diantaranya orang penyandang cacat dengan kursi roda tidak mau ketinggalan  ikut dalam kumpulan orang, setelah ditanya katanya kursi roda itu sumbangan Ahok. Banyak ditemukan orang menangis, matanya brebes dan lari keluar katanya tidak tahan melihat Ahok. Hanya kesedihan yang nampak dimuka mereka.

Penulis membaca berita-berita media dan foto-foto yang diuanggah, hanya merenungkan sejenak, apa gerangan , bisa terjadi fenomena seperti ini ? jawabannya adalah :

  • Ahok – Djarot telah meninggalkan kesan mendalam karena hasil kerja nyata yang telah dinikmati oleh masyarakat menengah bawah dan diyakini orang menengah atas tidak melakukan hal sama. Mereka adalah orang yang jujur tidak terpengaruh oleh hasutan.
  • Mereka merasakan ketidak berdayaan untuk berharap lebih banyak, karena Ahok-Djarot kalah dipilkada, sehingga mereka rela melepas dengan penuh kesedihan yang sulit digambarkan, selain yang merasakan langsung. Hanya karangan bunga, ucapan, tangisan yang bisa diperlihatkan sebagai tanda ucapan terima kasih, selain berdoa memberi semangat Ahok- Djarot untuk “ Maju Tak Gentar “
  • Ada harapan supaya Ahok dan Djarot bisa tetap mengabdi dengan harapan wewenang lebih besar yang menjangkau seluruh propinsi di Indonesia.

Setelah merenungkan lebih jauh,

  • Kira-kira ini adalah fenomena sejarah pertama sejak kemerdekaan, sepasang gubernur yang begitu dicintai oleh masyarakat DKI, walaupun tidak mewakili seluruh penduduk DKI.  Padahal Ahok – Djarot kalah, namun peroleh ucapan dan kirim bunga ucapan terima kasih diatas seribu dan terus bertambah dan berjubelnya manusia datang dengan tujuan sama. Kemungkinan akan berjalan beberapa hari kedepannya. Sungguh suatu fenomena yang beljum pernah ada duanya.
  • Bahkan kemungkinan, bagi pemenang dengan jabatan Gubernur sampai presdien-pun tidak dijumpai fenomena serupa ini, sudah kalah ucapannya terima kasih luar biasa. Diduniapun belum tentu ada, walaupun penulis tidak memiliki data akurat.
  • Penulis mencoba menghitung-hitung berapa besar uang yang dikeluarkan untuk karangan bunga yang berbentuk papan. Menurut keterangan satunya senilai Rp. 500.000,-. Kalikan saja seribu artinya masyarakat pecinta Ahok sudah keluar biaya 500 juta rupiah. Jumlahnya masih teus bertambah, niscaya bisa sampai dua ribu, artinya 1 M keringat rakyat menengah bawah untuk menunjukankan kecintaannya pada Ahok.
  • Teringat penulis atas ucapan Ahok, bahwa seseorang itu jika sudah menghadapi empat paku diatas peti matinya, maka kebaikan nya barulah dikenang. Namun Ahok-Djarot belum sampai empat paku tertancap, dia sudah dikenang begitu banyak pencintanya. Menunjukan satu fenomena yang luar biasa.

Harapan akhir penulis, bagi lembaga / institusi ataupun apa bentuknya yang suka mencatat trak record, kemudian dimasukan dalam queness book, tentu ini menjadi daya tarik. Tentunya Jaya Suprana tidak tertarik,  karena penah tulisan / kritikan dilontarkan pada Ahok yang pandangannya berbeda dengan masarakat yang cinta Ahok. Siapa tahu Hadiah  Nobel menantinya, karena sudah ada yang mengusulkan untuk itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun