Mohon tunggu...
Muhammad Alimuddin
Muhammad Alimuddin Mohon Tunggu... Freelancer - saya adalah seorang pemerhati sejarah dan budaya yang konsens pada sejarah dan budaya masyarakat SEulawesiTenggara

Lahir di Raha deari seorang ayah dan ibu adalah petani miskin

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengenal Bahasa Muna Atau Wamba Wuna, Warisan Budaya Masyarakat Suku Bangsa Wuna

18 Mei 2019   13:47 Diperbarui: 18 Mei 2019   13:54 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa Muna / Wamba Wuna 

A. Wamba Wuna, Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Muna.

Dr. Sugeng Pujilelesono dalam Pengantar Antropilogi ( Trans Publishing 2015 ) mengatakan bahwa bahasa merupakan saraana komunikasi budaya, Lebih lanjut Sugeng mengungkapkan , salah satu unsure universal kebudayaan adalah adanya bahasa yang dipakai oleh seluruh komunitas yang tersebar di seluruh muka bumi ini ( Sugeng, 2005:135 ).

Sedangkan Edwar Sapir ( 1884-1939 )mengatakan bahwa Budaya adalah sebuah realitas yang ditentukan oleh bahasa, sedangkan bahasa ialah sesuatu yang diwartiskan secara kultur atau turun temurun. Dari dua pendapat diatas,penulis berkesimpulan bahwa bahasa ,merupakan    unsure utama yang membentuk kebudayaan yang diwariskan secara cultural atau turun temurun. Kendati demikian, sesungguhnya bahasa itu merupakan bagian dari budaya itu sendiri.

Hal ini sebagaimana yang di definisikan oleh Edwar T Hall " Kebudayaan adalah komunikasi, komunikasi adalah kebudayaan ". Sedangkan unsure utama komunikasi adalah bahasa, baik itu bahasa isyarat ataupun bahasa lisan.Sebagai suatu produk budaya yang merupakan sarana utama komunikasi , Bahasa Muna/Wamba Wuna tentu memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk budaya  komunitas masyarakat penuturnya.

Dalam realitas saat ini, Bahasa Muna/ Wamba Wuna menjadi alat Komunikasi masyarakat yang mendiami seluruh wilayah Pulau Muna ( Kabupaten Muna, Muna Barat dan Buton Tengah ), seluruh masyarakat di Pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Muna dan Pulau Buton  yakni,  Pulau Kadatua, Pulau Batu Atas dan Pulau Siompu ( Kabupaten Buton Selatan ),  dan Pulau Talaga ( Kabupaten Buton Tengah ). Serta sebagian besar masyarakat  yang mendiami Pulau Buton. Jadi bila merujuk pada definisi T. Hall diatas,  maka dapat dikatakan bahwa kebudayaan masyarakat wilayah-wilayah tersebut terbentuk dari peran besar Wamba Wuna/Bahawa Muna.

Selain menjadi alat komunikasi utama di Pulau Muna ( Ex Kerajaan Muna ) dan Pulau Buton ( ex Kesultanan Buton ),  Bahasa Muna/ Wamba Wuna juga merupakan bahasa tertua di kedua wilayah Kepulauan tersebut. Bahasa Muna/ Wamba Wuna diperkirakan telah digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat di Kepulauan Muna dan Buton sejak tahun 4000 SM.

Bahasa Muna/ Wamba Wuna merupakan rumpun Austronesia, kelompok Celebic  dalam cabang Western Malayo-Polynesian ( Rene Van Deberg, 2006 : 115 ). Pengelompokan Bahasa Muna/ Wamba Wuna kedalam rumpun Austronesia karena ditemukan kesamaan kosa kata dengan bahasa-bahasa daerah di wilayah Papua Nugini, Pulau Flores dan Papua yang juga masih satu rumpun Proto- Austronesia. Sedangkan dimasuknnya dalam kelompok Celebic  dalam cabang Western Malayo-Polynesian karena ditemukan banyaknya kesamaan kosa kata dalam bahasa-bahasa daerah di Pulau Sulawesi seperti Bahasa Wotu di Sulawesi Selatan dan beberapa bahasa daerah di Sulawesi Tengah dan Utara.

B. Sebaran Wilayah Penutur Bahasa Muna/ Wamba Wuna

Dr Rene van den Berg, dosen linguistik di Darwin, Australia yang melakukan penelitian Bahasa Muna menjelaskan bahwa sebaran wilayah yang masyarakat nya menggunakan Bahasa Muna sebaagai bahasa tutur yang berada di daratan Pulau Buton adalah di wilayah Kecamatan Lasalimu, kamaru, Kapontori, Labuandiri, Lawele, laonti dan  kambe-kambero ( Kabupaten Buton ),  Bosuwa, Lawela, Batauga  ( Buton Selatan ),  Kecamatan Betoambari  (Katobengke-Topa-Sulaa-Lawela, Labalawa), Kecamatan Bungi ( Liabuku, Wonco, Bungi, ) , Kecamatan Lealea ( Pulau Makasar, Lowu-lowu, Kalia-lia, Palabusa ) di Kota Baubau serta di ex kerajaan Muna meliputi Kecamatan Kambowa, Kecamatan Wakorumba Utara dan Kecamatan Bonegunu ( Kabupaten Buton Utara ), serta Kecamatan Wakorumba Selatan, Maligano dan Kecamatan Pasir Putih  Kabupaten Muna ( Rene V. Deberg, 1989).

Perkiraan waktu penggunaan Bahasa Muna/ Wambha Wuna sebagai alat komunikasi masyarakat di Jazirah Kepulauan Muna dan Buton tersebut didasarkan pada kedatangan para migran dari  dataran tinggi Yunan Cina  dan austeronesia Afrika. Para migrant ini yang diperkirakan menjadi nenek moyang manusia yang mendiami daratan Sulawesi termasuk di Kepulauan Muna dan Buton bagian Tenggara Pulau Sulawesi. Saat ini.

Kedatangan para migrant itu tentu membawa serta kebudayaan mereka dari negeri asalnya termasuk bahasa.  Bahasa para pendatang itu kemudian berasimilasi dengan bahasa penduduk lokal yang terlebih dahulu mendiami Pulau Muna yang datang sekitar 25.000 tahun SM ( Migran pertama tersebut diperkirakan telah mengalami kepunahan ). Dari percampuran dua bahasa ( migrant sekitar tahun 4.000 SM dan migrant sekitar 25.000 tahun SM ) tersebut kemudian tercipta bahasa baru yang dikenal saat ini sebagai Bahasa Muna/ Wamba Wuna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun