Mohon tunggu...
Wahyu Barata
Wahyu Barata Mohon Tunggu... Penulis - Marketing Perbankan

Wahyu Barata.Lahir di Garut 21 Oktober 1973. Menulis puisi, cerita pendek,dan artikel. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Sari Kata, majalah Aksara , Media Bersama, Kompas, Harian On Line Kabar Indonesia, beberapa antologi bersama, dan lain-lain.Kini bekerja sebagai marketing perbankan tinggal di Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ketika Cinta Bertasbih

31 Mei 2019   19:23 Diperbarui: 31 Mei 2019   19:31 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Menjelang hari raya Idul Fitri entah mengapa saya teringat film lawas beberapa tahun ke belakang. Ketika Cinta Bertasbih. Film ini menceritakan kehidupan seorang pemuda tampan dan cerdas dari desa di Jawa Tengah bernama Abdullah Khairul Azzam yang berusia 28 tahun. Dari kecil Azzam sangat baik budi pekertinya.

Dengan gigih usahanya berhasil mendapat beasiswa untuk belajar di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, setelah lulus dari Madrasah Aliyah di desanya. Baru satu tahun di Kairo Azzam menjadi mahasiswa berprestasi, dia meraih predikat Jayyid Jiddan ( Lulus dengan Sempurna). Sayang, ayahnya wafat. Sebagai anak sulung Azzam harus bertanggung jawab menafkahi keluarganya, adiknya masih kecil-kecil., sementara dia harus menyelesaikan studinya di negri orang.

Akhirnya Azzam harus membagi waktu untuk belajar dan untuk mencari nafkah. Dia membuat tempe dan bakso yang langsung dipasarkannya di Kedutaan Besar Republik (KBRI) Indonesia di Kairo. Karena keahlian dan keuletannya memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staff KBRI. Tetapi kuliah Azzam sudah sembilan tahun berlalu, belum selesai.

Karena sering mendapat job di KBRI Mesir, Azzam pun bertemu denga putri duta besar, Eliana Pramesthi Alam. Eliana  lulusan EHESS Perancis yang melanjutkan S2-nya di American University di Kairo, terkenal cerdas dan cantik di kalangan mahasiswa, bahkan pernah ditawari main film di salah satu film produksi Holywood dan untuk film layar lebar dan sinetron di Jakarta. 

Segudang prestasi dan kecantikan Eliana membuat Azzam terpikat. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih dekat dengan Eliana, karena selain sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak belakang, juga karena nasihat Pak Ali, sopir KBRI yang sangat dekat dengan keluarga Eliana.

Suatu saat Pak Ali mengungkapkan ada gadis yang lebih cocok untuk Azzam. Azzam disarankan untuk segera mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswi cantik yang tak kalah cerdas dengan Eliana. Namanya Anna Althafunnisa, alumni Kuliyyatul Banaat di Alexandria, sedang  mengambil S2 di Al Azhar Kairo.

Menurut Pak Ali, kelebihan Anna  dari Eliana, Anna berjilbal dan shaleha, bapaknya seorang Kyai di pesantren, bernama Kyai Luthfi Haki. Azzam berminat mengkhitbah Anna meskipun belum pernah bertemu dan melihat Anna.

Karena tidak punya biaya untuk pulang ke Indonesia, Pak Ali menyarankan agar melamar lewat pamannya yang ada di Kairo, Ustadz Mujab. Azzam sudah sangat mengenalnya. Dengan niat sepenuh hati Azzam menemui Ustadz Mujab untuk mengkhitbah Anna Althafunnisa. Tetapi lamarannya ditolak karena status S1 Azzam belum selesai dan lebih dikenal sebagai penjual tempe dan bakso.

Furqon sahabat Azzam, mahasiswa dari keluarga kaya juga cerdas yang dalam waktu dekat akan menyelesaikan S2 -nya, telah lebih dulu mengkhitbah Anna. Azzam bisa menerima kenyataan ini meski hatinya pedih. Tetapi Furqon mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapan-harapan hidupnya. Membuatnya dilema antara harus menikahi Anna, sekaligus menghancurkan hidup gadis itu...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun