Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

Sebelum diangkat menjadi abdi negeri, pernah mengajar di SMA TARUNA NUSANTARA MEGELANG. Sekarang mengguru di SDN Kuryokalangan 01, Dinas Pendidikan Kabupaten Pati Jawa Tengah, UPTKecamatan Gabus. Sebagian tulisan telah dibukukan. Antara lain: OPINI GRASSROOT SOAL PENDIDIKAN GRES; Si Playboy Jayanegara dan Bre Wirabhumi yang Terpancung. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id. HP (maaf SMS doeloe): 081226057173.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

D’T3RONG Show: Pemberontakan Nilai-nilai Persekolahan

2 Mei 2014   07:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:57 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398965064294047150

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Saya adalah alumnus SPG Jurusan SD dan IKIP serta meraih sertifikat profesi pendidik yang notabene penobatan sebagai guru profesional melalui jalur bergengsi PPG (Pendidikan Profesi Guru) FKIP Universitas negeri terkemuka. Namun saya cukup gelagapan merespons keponakan saya yang kelas satu semester dua SD ini ketika membaca dengan gaya meng-eja judul (logo?) acara salah satu TV swasta nasional Dangdut Terong Show ---yang tak berbatas usia tersebut, yang kebetulan distel di ruang keluarga saya sebagai de-te-tiga-rong-so.

Saya yang tidak biasa terlalu intens menonton acara itu terpaksa membelalakkan mata menatapnya lebih cermat, lantaran terasa ada yang aneh di telinga saya dengan pembacaaan atau pengejaan itu. Padahal, setahu saya, keponakan saya itu sudah pandai membaca. Lalu, kenapa De-te-tiga-rong-so? Benarkah?

Yup. Bentuk fisik tulisan itu memang sebagai berikut:

[caption id="attachment_322257" align="aligncenter" width="620" caption="sumber: tvguide.co.id"][/caption]

Semula saya hendak mengoraksinya sebagai suatu kesalahan. Tapi buru-buru saya urungkan. Karena, menurut saya, pembacaan atau pengejaan versi keponakan saya itu tidak terlalu salah, bahkan malah-malah dalam perspektif tolok ukur perkembangan kompetensi akademik kebahasaannya justru benar. Mengapa?

Di dalam pembelajaran bahasa dikenal apa yang disebut rupa huruf (typeface) yang notabene merupakan salah satu elemen terpenting dalam desain grafis, karena merupakan sebuah bentuk yang universal untuk menghantarkan bentuk visual menjadi sebuah bentuk bahasa.

Dan, rupa huruf dan angka yang diajarkan di ruang-ruang kelas kita ialah huruf roman atau yang sering disebut huruf latin dan angka arab, yakni: ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ1234567890. Rupa Alfabet dan angka ini digunakan sebagian terbesar penduduk dunia dan telah melalui proses liuk-liku panjang sejarah.

Berkait dengan visual judul acara TV tersebut, saya yakin, tim kreatifnya bukanlah orang yang bodoh (buta aksara) yang tidak mengerti akan rupa huruf dan angka baku. Tapi mengapa ditulis D’3TRONG Show?

Saya menduga bahwa visual judul itu bukanlah sebatas tulisan. Tetapi ia merupakan simbol atau logo yang syarat makna, dan karena dengan simbol tanpa (bebas) terjemahan itu sejatinya acara itu didesain bukan untuk usia kanak-kanak, sebagaimana keponakan saya itu. Kepentingannya tiada lain sebagaimana acara-acara TV lainnya adalah demi menaikkan rating, sebagai indikator kesuksesan sebuah acara komersial TV.

Di otak tim kreatif judul acara tersebut pastinya didominasi oleh tujuan menarik semenarik-menariknya. Meski berkonten lucu dan lokal yang direpresentasikan oleh kata terong dan dangdut, tapi kesan tidak kampungan dan merupakan sesuatu yang besar serta meriah, tampak dari polesan bahasa Inggris-nya yang disusun secara bernas.

D’ yang sebenarnya diperuntukkan sebagai singkatan Dangdut, dalam konteks judul itu terkesan pula sebagai kata sandang (article) ---the--sebagaimana lazimnya, yang mendahului suatu kata benda umum dalambentuk tunggal.

Angka 3 yang menyimbulkan 3 host acara tersebut (Rina, Ramzi dan Irvan) dan 3 juri (Benigno, Saiful Jamil, Ivan Gunawan) juga merupakan kamuflase dari huruf E dari kata TERONG. Dan, kata Show pastinya (Inggris: pertunjukan) secara keseluruhan sebagai pengunci atau memperkuat keinggrisan atau kemoderenan (?) judul pertunjukan itu.

Terlepas dari kontennya, visualisasi judul acara yang demikian sesungguhnya mengandung potensi masalah yang serius. Pertama, ia menabrak prosedur typeface baku.  Kedua, terkesan tidak nasionalis karena tergambar kurang percaya diri dengan bahasa sendiri, yang demikian notabene telah menabrak bahkan cenderung merupakan pemberontakan terhadap nilai-nilai persekolahan. (Jika diinternasionalisasikan, mustinya minimal di bagian bawahnya diberi terjemahannya).

Karenanya fenomena itu lebih jauh dapat dikatakan sebagai kurang menghargai nilai-nilai yang dijunjung tinggi kurikulum, yakni nilai-nilai disiplin (taat asas atau taat prosedur) dan nilai-nilai nasionalisme (cinta bahasa sendiri yang berarti cinta bangsa sendiri). Payah, apa yang selama ini gigih diperjuangkan di teritorial sekolah ternyata malah bertabrakan atau diberontak oleh fakta di luaran sebagaimana fenomena d’terong show ini.

Dan, kemarakan fenomena ini sebenarnya bukanlah sendirian (tunggal) dan barang baru. Judul-judul keasing-asingan kini menjamur menghiasi TV-TV kita. Bahkan suatu ketika saya menjumpai film bioskop yang berjudul The Raid. Film Hollywood? Oh, bukan! Itu asli film Indonesia, ber-setting Indonesia dan dibintangi orang Indonesia. Masyaalloh...

Yup. Sudah semenjak lama bangsa ini terjebak pada gaya hidup modern yang keliru arti. Modernitas hidup diartikan ditingkat kulit saja, yakni cenderung dipandang sebagai aplikasi hedonisme materialistisme yang kebarat-baratan (keasing-asingan) yang notabene berimplikasi luas menjadikan bangsa ini inferior, inlanders, bangsa kelas budak sehingga membuatnya bermental kacung di negerinya sendiri (apalagi di negeri orang, bagaimana?).

Modernisasi mestinya merupakan upaya mengikuti perkembangan zaman tanpa telanjang dari nilai-nilai kebudayaan yang kita miliki.

Pertanyaannya adalah, akankah fenomena ini ber-estafet pada generasi keponakan saya itu pula?

Ah. Semoga saja tidak. Karena ia telah membawa ideologinya sendiri yang kuat, yang tidak hanyut oleh sembarang arus, yang bukan D’T3RONG Show, tapi de-te-tiga-rong-so itu, pastinya. Salam!***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun