Mohon tunggu...
Khairul Azan
Khairul Azan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Dunia Menulis: Tuntutan Atau Kebutuhan

30 September 2017   15:15 Diperbarui: 30 September 2017   15:20 2092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Khairul Azan (Dosen STAIN Bengkalis & Ketua DPD GAMa Riau Kabupaten Bengkalis)

Sejak lahir ke dunia pada dasarnya manusia pasti berhadapan dengan yang namanya literasi. Manusia diajarkan untuk membaca, menulis dan lain sebagainnya. Secara bahasa literasi dapat diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca (keberaksaraan). Literasi berasal dari bahasa Latin "Literatus"yang berarti orang yang belajar.

Menurut kamus Merriam-Webster kata literasi berasal dari istilah Latin yaitu "literature"dan bahasa inggrisnya adalah "letter". Literasi diartikan sebagai kemampuan atau kualitas melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Dalam konteks ke Indonesiaan literasisering dikenal dengan istilah buta huruf atau tidak bisa membaca.

Menulis merupakan suatu kewajiban. Karena dengan menulis kita bisa mengenal dan merubah dunia sesuai cara pandang kita masing-masing. Sebagaimana Imam Al-Ghazali mengatakan "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". 

Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa apa yang kita pikirkan dan ide apa yang terekam dibenak kita akan benilai dan bermanfaat serta didengarkan orang lain ketika semua ide dan pikiran itu diikat dalam bentuk tulisan (literasi). Meskipun kita bukan seorang anak raja yang memiliki kekuasaan dan bukan anak sang ulama yang semua ucapannya selalu menjadi panutan. Tulisan yang kita goreskan akan dikenaang orang meskipun kita telah tiada.

Oleh karena itu seharusnya menulis menjadi sebuah kebutuhan bukan tuntutan. Terlebih lagi bagi seorang pendidik baik itu Guru maupun Dosen. Karena ilmu yang disampaikan akan terus-menerus dikenang, bermanfaat dan dipelajari orang ketika semuanya di tuangkan dalam sebuah tulisan, baik buku, jurnal dan lain-lain. 

Memposisikan menulis sebagai kebutuhan dimaknai kita selalu bergantung kepadanya. Sehingga ketika kita tidak menjalani dan melakukannya maka akan terasa ada sesuatu yang kurang dalam diri kita. Begitulah dalam menulis. Sesuatu yang menjadi kebutuhan akan  membentuk kebiasaan, dimana kebiasaan akan berujung pada pembudayaan yang mendarah daging. Seperti kebutuhan akan Shalat sebagai wujud interaksi manusia kepada Sang Kholiq pencipta alam semesta. Tetapi sebaliknya ketika kita memposisikaknya sebagai tuntutan maka akan terasa berat untuk dilakukan.

Berbicara menulis adalah sesuatu yang gampang-gampang susah. Gampang bagi orang yang tau strateginya dan susah bagi orang yang tidak tau streteginya. Dalam menulis ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi seorang penulis produktif. Beberapa faktor tersebut diantaranya yaitu sebagai berikut.

Kemauan. Sesuatu yang musthil kiranya bisa diwujudkan jika ingin menjadi penulis tapi tidak memiliki kemauan dari dalam diri untuk berani memulai menggoreskan apa yang dipikirkan dan apa yang disampaikan lewat sebuah tulisan. Karena pada dasarnya menulis itu adalah menuangkan sebuah ide dan berkomunikasi lewat sebuah goresan yaitu "tulisan". Oleh karena itu, ketidakmampuan dalam menulis itu bukan karena persoalan waktu yang tidak ada atau keterampilan yang tidak dimiliki melainkan kemauanlah yang masih dipertanyakan. Sebagaimana Stephen King mengatakan "Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktekkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya".

Mencari sumber motivasi. Menulis itu seperti melihat ombak dilautan kadang tinggi, kadang rendah dan ketika tidak ada angin maka air laut akan menjadi tenang tanpa ombak. Begitu juga dalam menulis.  Motivasi seseorang seringkali seperti ombak dilautan yang kadang-kadang terlalu menggebu dan ada juga yang sama sekali hilang motivasi. 

Untuk membangkitkan motivasi diri (motivasi instrinsik) maka perlu adanya motivasi dari luar diri kita (motivasi ekstrinsik) agar membangkitkan semangat yang semakin terkubur. Motivasi ekstrinsik memberikan manfaat dalam hal saling berbagi dan saling mengisi. Karena tidak menutup kemunkinan salah satu kendala kita tidak bisa menulis karena tidak tau dari mana kita memulainya. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik sangat  berpengaruh bagi seorang penulis. Motivasi ekstrinsik tersebut bisa berupa forum menulis, dan lain-lain. Yang penting saling memberikan semangat bukan malah menjatuhkan karena ketidakmampuannya dalam berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun