Mohon tunggu...
Khairil Razali
Khairil Razali Mohon Tunggu... Dosen - Explorer

Ngampus di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, suka travelling.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Taman Ratu Safiatuddin, Community Center yang Terabaikan

4 April 2019   22:25 Diperbarui: 4 April 2019   22:47 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: roeshanny.wordpress.com

Tidak jauh dari bangunan megah Kantor Gubernur Aceh di Kota Banda Aceh, berdiri megah Taman Ratu Safiatuddin yang berlokasi di Desa Lamprit. Taman yang hanya berjarak sekitar 50 meter di luaran belakang Kantor Gubernur tersebut terkoleksi 23 rumah adat representasi kabupaten kota di Provinsi Aceh.

Rumah-rumah yang mewakili adat [rancangan] masing-masing kabupaten kota tersaji sedemikian rupa dalam sebuah komplek taman yang lumayan luas. Pemerintah provinsi menggelontor dana yang lumayan besar untuk berdirinya rumah adat tiap kabupaten kota dengan tujuan untuk menampilkan adat budaya dari daerah tersebut. 

Namun, realitasnya bahwa rumah-rumah tersebut hanya lebih sering digunakan dalam even 5 tahunan yaitu Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). Ironisnya, selebihnya lebih sebagai bangunan yang "terabaikan". 

dok. pribadi
dok. pribadi
Semestinya, bila pemamfaatan yang maksimal, rumah-rumah adat tersebut berfungsi sebagai perwakilan kabupaten kota yang akan menampilkan kelebihan terutama dari sisi budaya dan adat istiadat.

Mirip dengan "Taman Mini" nya Aceh, Taman Ratu Safiatuddin sanggup menampilkan wajah Aceh dengan berbagai ragam perbedaan dan keunikannya. Adat istiadat serta kekhasannya harusnya bisa terwujudkan dalam tampilan rumah adat yang tertata rapi dan sedihnya tanpa penghuni yang terkelola.

Pusat Komunitas
Ketersedian sarana [lokasi] di taman ini harusnya mampu membangkitkan semangat komunitas atau bakat-bakat masyararakat dengan memaksimalkan rumah-rumah adat yang telah terbangun. Fakta memperlihatkan banyak sarana prasarana dalam taman ini yang bisa di kelola untuk pengembangan atau pusat latihan komunitas. 

Strategi ini akan menghapus pandangan terabaikannya fasilitas yang telah di bangun dengan dana yang besar namun nihil dampaknya. Akhir pekan kemarin, saya berinisitif melakukan proses belajar mengajar di taman tersebut dengan asumsi luas dan banyak fasilitas tempat yang kosong. Dan benar adanya bahwa banyak bangunan yang bisa di mamfaatkan untuk belajar mengajar atau kegiatan-kegiatan positif lainnya. 

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)

Secara sederhana, terbetik bahwa lemahnya ide atau promosi dari pemangku kebijakan untuk mampu berpikir lebih strategis untuk "menghidupkan" Taman Ratu Safiatuddin agar tidak hanya jejeran rumah-rumah adat yang tanpa aktifitas dan terkesan tidak terawat menjadi pusat komunitas yang positif dan pengembangan bakat-bakat warga terutama remaja.

Pengaturan dan pemanfaatan anjungan-anjungan harusnya membawa perubahan  terutama di bidang pendidikan dan seni. Sederhanya, Taman Ratu Safiatuddin harus mampu di kelola dan menjadi pusat kreativitas yang berguna.      

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun