Mohon tunggu...
Healthy

Ternyata! Inilah Salah Satu Penyebab Kanker

25 September 2017   18:33 Diperbarui: 25 September 2017   18:55 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang transplantasi organ yang nantinya akan berujung pada munculnya kanker. Pada zaman sekarang ini, tentunya perkembangan teknologi berkembang sangat cepat. Hal tersebut juga berlangsung pada bidang medis dan kesehatan. Banyaknya penemuan dan teknologi membuat bidang medis kini berkembang cukup cepat. Salah satu contohnya adalah transplantasi organ. Transplantasi organ sendiri merupakan mencangkok atau memindahkan sebagian ataupun seluruh organ dari satu tubuh ke tubuh yang lain, ataupun dari bagian ke bagian tubuh yang lain dalam tubuh yang sama. Tujuan dari proses transplantasi organ ini adalah untuk menggantikan organ yang dinilai sudah rusak dan tidak dapat berfungsi dengan baik lagi dengan organ yang masih bisa berfungsi dengan baik dari donor. Organ yang didonorkan pun dapat berasal dari orang yang sudah mati atau yang masih hidup.

Organ-organ yang sudah pernah ditransplantasikan adalah jantung, ginjal, pankreas, organ pencernaan. Terdapat juga beberapa jaringan yang dapat ditransplantasikan. Sejauh ini, transplantasi yang paling banyak dilakukan adalah transplantasi ginjal. Transplantasi pertama kali dilakukan adalah transplantasi ginjal kepada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal yang dilakukan oleh Dr. J. E. Murray kepada seorang anak yang berasal dari saudara kembarnya. Namun jauh sebelum itu, pada abad ke 16, ada seorang dokter yang berhasil mencangkokkan kaki orang hitam pada kaki orang berkulit putih yang pada saat itu terkena penyakit diabetes melitus. Namun karena perkembangan teknologi yang cukup cepat, di dunia sekarang ini transplantasi organ sudah marak kita dengar dan organ-organ yang ditransplantasi pun sudah mulai bertambah jumlahnya maupun jenisnya.

Contohnya saja di Cina, pada tahun 1999 tercatat hanya ada 24 proses transplantasi hati, namun pada tahun berikutnya jumlahnya meningkat menjadi 78 proses. Jumlahnya pun meningkat sangat drastis pada tahun 2003 dimana ada 356 proses transplantasi hati. Hal ini cukup membuktikan bahwa transplantasi organ sudah marak di dunia. Di Indonesia pun, transplantasi organ diatur dalam UU No. 23 tahun 1992 sedangkan proses pelaksanaannya diatur dalam PP No. 18 tahun 1981.

Dalam proses transplantasi, terdapat dua komponen penting dalam melakukan tindakan transplantasi yaitu implantasi dan eksplantasi. Eksplantasi adalah proses mengambil organ atau jaringan dari manusia yang sudah mati atau masih hidup. Sementara implantasi merupakan proses menempatkan organ atau jaringan yang sudah diambil ke dalam tubuh sendiri ataupun tubuh orang lain. Selain dalam melakukan tindakan, terdapat juga dua komponen penting berhasil atau tidaknya suatu tindakan transplantasi. Yang pertama adalah Adaptasi donasi. Adaptasi donasi merupakan kemampuan orang yang diambil organnya untuk menyesuaikan hidupnya dengan kekurangan organ atau jaringan. Yang kedua adalah adaptasi resepien yaitu kemampuan dari orang yang menerima organ atau jaringan yang dicangkokkan pada tubuhnya supaya organ yang dicangkokkan dapat berfungsi dengan baik dan dia dapat hidup dengan normal.

Setelah membahas tentang apa itu transplantasi, sekarang saya akan membahas kanker. Jika kita mendengar kata kanker pasti yang muncul pada pikiran kita adalah suatu penyakit yang mengerikan bukan? Pernyataan tersebut memang benar, karena kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia menurut badan organisasi WHO (World Health Organisation). Kanker sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu karkinos yang berarti udang karang atau yang biasa kita dengar tumor ganas dalam jumlah ratusan. Seperti artinya, kanker sendiri memang berasal dari penyakit tumor ganas. Tumor berasal dari sel-sel yang berkembang tidak normal dan bersifat aktif dan agresif sehingga lama kelamaan dapat mengakibatkan penyakit kanker.

Lalu apakah ada hubungan antara transplantasi organ dengan kanker? Dan apa hubungannya? Jawabannya adalah ada. Segala sesuatu pasti memiliki efek positif dan negatif. Tak terkecuali dengan tindakan transplantasi organ. Salah satu efek negatifnya adalah sang penerima cangkok akan memiliki rasio lebih besar terkena penyakit kanker dari pada orang normal biasanya. Bahkan resiko terkena kanker juga meningkat terhadap 32 jenis kanker yang berbeda.

Kanker terkadang muncul pada organ transplantasi. Seperti halnya kanker ginjal umumnya pada penerima cangkok ginjal, kanker paru-paru pada penerima paru-paru. Namun dapat juga kanker yang muncul pada organ atau jaringan yang bukan organ transplantasi. Contohnya adalah lymphomanon-Hodgkin yang berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh. Kekebalan tubuhnya sedang terganggu dengan virus Epstein-Barr dan biasanya penerima organ paru-paru lah yang memiliki rasio terbesar terkena virus tersebut.

Kita pasti bertanya, bagaimana bisa kanker muncul pada organ transplantasi kan? Nah, ada dua faktor yang bisa menyebabkan munculnya kanker pada organ tarnsplantasi. Yang pertama adalah kanker itu sendiri sudah ada dalam organ transplantasi. Misalnya saja ada orang yang menderita kanker paru-paru dan ia akan melakukan transplantasi paru-paru. Mungkin saja pada paru-paru yang menjadi cangkoknya tersebut sudah ada sel kanker yang tumbuh dan dapat bertahan dalam proses transplantasi dan setelah proses transplantasi selesai, ada kemungkinan bahwa orang tersebut akan kembali menderita kanker.

Faktor yang kedua adalah obat penekan sistem kekebalan tubuh atau yang biasa disebut imunosupresan. Dalam dunia transplantasi kadang kala kita mendengar bahwa terjadi penolakan dari tubuh pada organ cangkok baru setelah orang tersebut melakukan proses transplantasi. Sistem imun tubuh mengira bahwa organ cangkok baru tersebut adalah sesuatu yang asing dalam tubuh sehingga sistem imun tubuh akan menyerang organ cangkok baru tersebut.

Nah untuk mencegah hali itu terjadi, maka biasanya para pasien transplantasi setelah operasi selesai akan mengonsumsi imunosupresan. Obat ini bersifat kuat dan berguna dalam mencegah penolakan pada organ baru. Menurut Dr. Darla Granger, seorang direktur program transplantasi pankreas di St. John Hospital and Medical Center bahwa pasien yang mengonsumsi obat yang bersifat menekan sistem imun tubuh akan memiliki resiko terkena kanker lebih besar, sementara pasien yang dari awal telah menderita kanker pastinya harus memiliki sistem imun yang sangat kuat untuk melawan kanker itu sendiri.

Namun jika ternyata sistem kekebalan tubuhnya menjadi lemah, maka tubuhnya pun akan dimasuki virus dan virus tersebut nantinya dapat memicu munculnya kanker. Hal sependapat juga dikemukakan oleh Dr. Lewis Teperman yang merupakan kepala bedah transplantasi di NYU Langone Medical Center. Beliau mengatakan bahwa ada beberapa tumor yang dapat tumbuh setelah tindakan transplantasi dilakukan. Tumor tersebut nantinya akan tumbuh menjadi kanker. Padahal obat penekan sistem kekebalan tubuh atau imunosupresan yang dikonsumsi oleh pasien akan membuat lemah kemampuan obat imunosupresan dapat dikurangi agar mengembalikan kemampuan tubuh kita untuk melawan virus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun