Mohon tunggu...
Kesehatan Mental Komunitas
Kesehatan Mental Komunitas Mohon Tunggu... Ilmuwan - Kelompok Riset Kesmenkom

Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Maluku: Membangun Asa Hidup dari Abon Ikan

24 Juli 2017   12:22 Diperbarui: 26 Juli 2017   03:36 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu-ibu penjual ikan di Pasar Gemba

Tahun 2017 ini, Tim Riset Kesehatan Mental Komunitas (Kesmenkom, Ketua: Sherly Saragih Turnip, PhD.) berkolaborasi dengan Yayasan LAPPAN (Direktur: Baihajar Tualeka) kembali merancang program yang menyasar kesehatan mental komunitas perempuan di Desa Negeri Adat Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) di Provinsi maluku. Mengapa desa ini yang dipilih? Selain karena daerah ini sudah menjadi wilayah kerja Yayasan LAPPAN sejak tahun 2000, daerah ini memiliki hasil perikanan dan pertanian yang sangat berlimpah. Sepanjang tahun, daerah ini dapat menghasilkan ikan dalam jumlah yang banyak serta hasil pertanian segar lainnya. Hasil sumber daya alam yang melimpah ini menarik perhatian Tim Riset Kesmenkom, apalagi dengan jumlah yang melimpah ruah, ukuran ikan yang besar, dan harga jual yang murah. Kekayaan dan hasil alam ini tentu menawarkan potensi yang bagus untuk dikembangkan dan diharapkan dapat menghasilkan pendapatan tambahan untuk komunitas setempat. 

Sayangnya, ikan-ikan ini hanyadijual segar setelah ditangkap atau di-asap menjadi ikan asap. Lalu, kalau ada sisa ikan bagaimana? Ya kalau ikan sudah basi akan dibuang begitu saja, mau bagaimana lagi? Tidak ada upaya penambahan nilai atau kualitas yang dilakukan masyarakat terhadap ikan tersebut untuk meningkatkan harga jual. Ditambah lagi, kondisi roda perekonomian yang lambat berputar dan tidak merata bahkan cenderung lemah di beberapa desa. Masih banyak masyarakat Kairatu yang miskin, sehingga sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan layak, terutama pasca konflik besar yang terjadi tahun 1999 dan beberapa kali konflik yang terulang di tahun-tahun berikutnya. 

Kondisi pasca konflik dan kemiskinan ini menyebabkan masyarakat hidup dalam kondisi yang serba terbatas dan kekurangan. Mereka berulang kali memupuk harapan dan berusaha membangun kembali kehidupan mereka. Namun, harapan dan usaha tersebut harus kandas ketika konflik berulang, begitu terus sampai sekarang. Hidup dalam kondisi yang tidak menentu dan berulang kali berusaha bangkit yang harus runtuh lagi, tentu menimbulkan tekanan psikologis pada keluarga dan masyarakat di Kairatu. Berbagai tekanan psikologis seperti rasa kecewa, marah, hilang harapan, dan usaha yang berulang kali harus pupus dapat berpotensi menggangu kondisi kesehatan mental komunitas. 

Kemiskinan dan berbagai tekanan psikologis terhadap kondisi kesehatan mental sangat merugikan komunitas, terutama untuk kelompok perempuan di masyarakat. Mengapa begitu? Berdasarkan berbagai penelitian psikologi, banyak bukti menunjukkan bahwa perempuan lebih rentan merasakan tekanan psikologis hingga mengganggu kondisi kesehatan mental mereka. Selain itu, peran ganda perempuan baik dalam ranah domestik (rumah tangga) dan publik (komunitas dan masyarakat) juga berpotensi menjadi sumber tekanan psikologis. Terutama pasca konflik terjadi dan memaksa struktur keluarga maupun sosial komunitas yang berubah, menyebabkan para perempuan menjadi tulang punggung keluarga. Padahal, jika perempuan mengalami kondisi kesehatan mental yang buruk maka akan menghambat produktivitas sehari-hari di kehidupan domestik maupun publik. 

Di sisi lain, para perempuan di komunitas memiliki modal besar untuk menjadi lebih berdaya, baik secara ekonomis maupun psikologis. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan berbagi dan bekerja sama dengan sesama perempuan di komunitas, serta membangun dan memperkuat jejaring perempuan antar komunitas. Bersama-sama para perempuan ini bisa terus membangun impian menjadi perempuan Maluku yang berdaya. Jejaring perempuan juga bisa menjadi sumber inspirasi dan dukungan sosial, serta wadah belajar bersama.

Melihat berbagai tantangan dan kesempatan yang ditawarkan oleh Kairatu tersebut, Tim Riset Kesmenkom bersama Yayasan LAPPAN memutuskan untuk mendesain income generating activity yang sekaligus menyasar peningkatan kondisi kesehatan mental dan kualitas hidup perempuan dan keluarga mereka. Harapannya, melalui income generating activityini, para perempuan dapat belajar keterampilan baru, mengelola proses produksi dan keuangan secara mandiri, memperoleh pendapatan tambahan, sehingga membuat mereka merasa berdaya dan mampu untuk mandiri. Dengan mencapai berbagai target ini, secara tidak langsung diharapkan dapat meningkatkan kondisi kesehatan mental para perempuan sekaligus meningkatkan kualitas hidup keluarga melalui pendapatan tambahan. 

Lalu, bagaimana bentuk income generating activity yang akan dilaksanakan? Setelah proses asesmen dan berdiskusi dengan perwakilan perempuan dari berbagai komunitas dan pemerintah Desa Negeri Adat Kairatu, Tim Riset Kesmenkom dan Yayasan LAPPAN mengakomodasi berbagai kebutuhan dan ide mereka dalam bentuk pengolahan abon ikan. Produk abon ikan dipilih karena ketersediaan bahan baku yang melimpah, kemauan dan komitmen para ibu-ibu di komunitas untuk belajar dan terlibat dalam pengembangan usaha rumahan abon ikan, serta dukungan kuat dari pemerintah setempat.

Para ibu sedang menghilangkan uap dari abon ikan yang masih panas
Para ibu sedang menghilangkan uap dari abon ikan yang masih panas
Dalam program ini, Tim Riset Kesmenkom berperan untuk mengidentifikasi berbagai peralatan/mesin yang harus disediakan untuk menghasilkan abon ikan berkualitas tinggi. Selain itu, Tim Riset Kesemenkom harus melatih ibu-ibu komunitas yang bersedia bergabung dalam kegiatan ini untuk mengoperasikan peralatan/mesin tersebut. Sehingga, pada bulan Mei-Juni 2017, Tim Riset Kesmenkom tinggal di Desa Waimital, Kairatu untuk mendampingi ibu-ibu komunitas belajar mengoperasikan peralatan/mesin pembuatan abon dan rangkaian proses produksi lain. Untuk memperoleh produk abon ikan yang higienis dan berkualitas, Tim Riset Kesmenkom benar-benar melatih dan menekankan pentingnya resep abon ikan yang standar dan proses pembuatan abon ikan yang higienes.

Sebagai bagian dari proses produksi, ibu-ibu komunitas juga dilatih cara mengemas supaya produk lebih menarik untuk konsumen. Selama proses pengembangan produk ini, Tim Riset Kesmenkom masih memberikan asistensi pencatatan keuangan. Namun, pada tahap selanjutnya ibu-ibu komunitas tentu akan dilatih mencatat keuangan supaya mereka dapat mengelola usaha ini secara mandiri. Sedangkan, Yayasan LAPPAN berperan untuk melakukan quality controlresep abon ikan, menentukan target pasar dan strategi pemasaran, serta persiapan dokumen/persyaratan untuk izin usaha. Proses produksi selanjutnya juga akan diawasi oleh Yayasan LAPPAN untuk memastikan kualitas produk terjaga.

Abon ikan dikeluarkan setelah proses pengeringan minyak menggunakan alat spinner abon
Abon ikan dikeluarkan setelah proses pengeringan minyak menggunakan alat spinner abon
Selama sebulan proses pelatihan, pendampingan dan identifikasi target pasar melalui pemasaran di jejaring yang dimiliki Yayasan LAPPAN. Abon ikan produksi ibu-ibu di Desa Negeri Adat Kairatu memperoleh respon positif, bahkan selalu habis terjual dengan harga Rp 35.000,- per bungkus 100 gram. Bahkan saat ibu Yohana Yambise, Menteri Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten SBB, beliau mencoba abon ikan tersebut dan memberikan komentar positif serta membeli sejumlah bungkus produk abon ikan tersebut. Selain itu, ibu-ibu komunitas yang terlibat dalam kegiatan ini juga memberikan respon yang positif.

Mereka senang memperoleh keterampilan baru sekaligus menumbuhkan harapan supaya abon ikan tersebut bisa berkembang dan laris di pasaran. Meskipun mereka sendiri juga menyadari bahwa tahap "produk abon ikan laris di pasaran" itu masih memerlukan proses dan usaha yang tidak setengah-setengah. Semoga seiring proses pengembangan produk ini, dapat diiringi dengan upaya serius dari ibu-ibu komunitas dan pemerintah setempat hingga akhirnya dapat benar-benar meningkatkan pendapatan perempuan, meningkatkan kondisi kesehatan mental menjadi lebih positif, serta meningkatkan kualitas hidup keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun