Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Jodohku Entah Kemana (19)

19 Juni 2017   00:59 Diperbarui: 19 Juni 2017   01:48 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Usiaku sudah menginjak kepala lima, usia yang sudah terlalu tua untuk berpetualang cinta, tapi yang kutemukan selalu wanita wanita muda yang jauh dibawah umurku. Sementara anakku juga sudah semakin dewasa dan semakin mengerti arti kehidupan. Suatu saat dia bercerita mbak Karina temannya yang pernah menemaninya pergi bersamaku ke Jogya bersedia menjadi isteriku. Mendengar celoteh anaku, aku hanya tersenyum, inilah yang ditemui papamu yang tidak kau ketahui, banyak gadis2 seusiamu yang beredia menjadi mamamu.

Sejak kau kecil, banyak wanita wanita muda yang kubayar untuk mengasuhmu agar kau tetap ceria. Aku teringat dalam mimpiku yang dikelilingi dayang dayang dayang, tapi kenyataan itu demi untuk kau agar tumbuh dalam keceriaan, bukan untuk aku nak, kataku dalam hati. Andai Jendol rela menerimamu sebagai anak kandung, mungkin tak ada wanita wanita muda yang kubayar untuk menemanimu.

Aku tak ingin merusak hubungan Esti dan anaku, Esti sangat dibutuhkan oleh anaku untuk membantu anaku yang sudah mulai mengikuti jejak papanya, belajar mandiri dengan usahanya. Setidak tidaknya aku sudah mengentaskan anaku untuk tidak tergantung sepenuhnya kepadaku.

Angin segar pikirku, kuhubungi Karin untuk bertemu, kujemput di di tempat kerjanya. Karin berpesan jangan diketahui oleh anaku, bagus pikirku, itu yang kumau, jika anaku sampai tau pasti akan mengamuk. Kuserahkan kemana tujuannya, Karin mengarahkan ke pantai, oho ho ho .... itu tempat untuk romantis, Karin .. Karin kau mengerti apa yang kumau.

Duduk dimobil memandang lautan dibawah pohon ketapang berdaun lebar seakan mengulangi saat aku berdua dengan Bu Rita yang membawaku ke dunia dewasa. Kini disebelahku adalah gadis belia dan aku adalah lelaki dewasa. Ternyata Karin jauh lebih dewasa dari usianya bahkan tidak canggung menunjukkan kedewasaanya dihadapanku, Karin sudah berpengalaman. Oooooo pantaslah dia mengajaku ketempat ini, kataku dalam hati.

Karin bercerita, entah jujur atau bohong, kesuciannya terenggut sewaktu masih SMP .... dia ditinggalkan lelaki yang hendak menikahinya ketika diketahui Karin tidak suci lagi. Aku hanya mengangguk angguk mendengar pengakuannya tapi otaku sudah membayangkan tubuh Karin yang sintal disebuah kamar hotel. Tidak, aku akan memperlakukannya sebagai pelacur bayaran, dia teman anaku.

"Lupakan masa lalu, pandanglah kedepan .... " Kataku, sambil merebahkan tubuhnya di  jok belakang, kepalanya bertumpu dipangkuanku  Apa yang kau inginkan dari pria tua seperti aku ? Walaupun kau mengatakan seribu kali sudah insyaf, kukira kau hanya ingin mencari status janda ... sebagai batu loncatan. Timbul rasa kasihanku kepada Karin .... 

Hari berlalu, Karin semakin sering datang bahkan sering bermalam menemani anaku, kuperhatikan Esti tak menunjukan rasa cemburu bahkan keduanya semakin akrab.  Aku juga lama kelamaan menjadi terbiasa dan tak ada rasa ingin menyentuhnya lagi, mereka seperti anaku.

 Kamu carilah yang lebih sepadan dengan usiamu, begitu aku katakan berulang kepada Esti, namun kembali jawaban kuterima bahwa umur tak menjadi penghalang. Umur memang tidak dapat diperkirakan, tapi kamu Esti terlalu muda bagiku, apa yang kau inginkan dariku ?  Jangan kau sentuh dia, bisikan itu selalu terngiang ditelingaku manakala kami sedang berdua.

Keberadaan Karin tak menimbulkan persaingan apa2, mungkin mereka saling merahasiakan justru aku yang makin sakit kepala. mengapa mereka berdua menjadi akrab, jangan jangan bukan saling merahasian tetapi bersepakat jadi bini tua dan bini muda ...... ah, tidak mungkin, kubuang pikiran itu jauh jauh

 Namun tak dapat terelakan, sama seperti yang terjadi pada Juni, Esti dikira isterku karena memiliki anak. Sampai kapan sandiwara ini terus berlangsung ?  Tidak ada satupun yang percaya Esti bukan isteriku yang membuat aku terjebak didalamnya.  Aku sudah berpikir memutuskan hidup  tanpa pendamping, begitu juga teman2ku tak begitu lagi bergairah mencari pasangan hidup, kami para lelaki tua jomblo itu merasa enjoy dengan status yang kami sandang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun