Mohon tunggu...
Doddy Poerbo
Doddy Poerbo Mohon Tunggu... -

apalah arti sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Balik Kunjungan King Salman ke Indonesia

27 Februari 2017   11:42 Diperbarui: 27 Februari 2017   20:01 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah Amerika Serikat dan  Tiongkok dengan total belanja militer sebesar  215 miliar dolar AS,  secara mengejutkan Arab Saudi di posisi ketiga dengan anggaran 87,2 miliar dolar AS (setara Rp1.152 triliun)—menyalip Rusia dengan alokasi belanja (US$66,4 miliar).

Namun demikian atas desakan berbagai pihak, Amerika Serikat (AS) akan membatasi penjualan senjata ke Arab Saudi. akhir tahun lalu  pejabat Pentagon mengatakan senjata-senjata dengan panduan ketelitian tinggi tidak akan lagi dikirimkan ke Arab Saudi, pembatasan ini terkait dengan peran Saudi di Yaman.

Satu bulan setelah Saudi membom upacara pemakaman di Yaman, yang menewaskan lebih dari 140 orang,  Menteri Luar negeri Inggris  Boris Johnson menekan Menteri Perdagangan Internasional Inggris, Liam Fox untuk terus mengirim senjata ke Riyadh.

Negara petro dollar yang kini menjadi sekutu barat, terus membangun kekuatan militernya mengikuti jejak Amerika Serikat yang bertindak  menjadi polisi dunia, paling tidak untuk wilayah kawasan teluk. 

Bagi Amerika Serikat, berakhirnya perang dingin dengan Uni Soviet seiring dengan bubarnya negeri beruang merah ini, dengan mandat PBB melakukan invasi militer kenegara negara teluk dengan dalih terorisme. Keterlibatan  Arab Saudi yang dipersenjatai oleh Amerika dan Inggris menjadi sebuah bukti telanjang adanya sebuah pakta militer menghadapi kaum Islam yang disebut sebagai teroris.

Banyak spekulasi yang mengiringi kedatangan  Raja Salman  bin Abdulaziz Al Saud, Raja Arab Saudi ini ke Indonesia setelah kunjungan Raja Faisal 47 tahun silam. Sebelum berkunjung ke Indonesia, Raja Arab Saudi ini terlebih dahulu mengunjungi Malaysia.

Secara formal, kunjungan Raja Salman merupakan kunjungan balasan Presiden Jokowi ke negeri ini beberapa waktu silam. Namun, tidak sedikit pula yang bersepekulasi bahwa kunjungan tersebut terkait dengan gerakan massa Islam yang belakangan ini marak terjadi. Bahkan isu yang berkembang, Raja Salman berencana  bertemu dengan Habib Rixieq.

Yang menarik disini, kunjungan tersebut juga bersamaan dengan mencuatnya kasus Freeport, korporasi yang berbasis di Amerika Serikat. Kisruh dengan Freeport sesungguhnya dapat menimbulkan sentimen negativ namun sebaliknya justru kedatangan Raja Arab ini membawa investasi yang diperkirakan mencapai jumlah US $ 25 milyard.

Jumlah yang fantastis yang ditawarkan tersebut tentunya menimbulkan banyak pertanyaan. Sebab, sudah diketahui bahwa Jokowi lebih berkiblat ke China yang menganut ideologi sosialis komunis sedang Indonesia  hampir 80 % penduduknya menganut ideologi Islam yang merupakan ideologi yang dianut kerajaan Arab Saudi.

Habib Rizieq diketahui pernah menempuh pendidikan di Arab Saudi, spekulasi politik dalam negeripun berkembang kedatangan Raja Arab terkait gerakan Rizieq yang menganggap sedang terjadi pendzoliman umat Islam oleh pemerintah. Namun setidak2nya kunjungan ini bisa saja menjadi amunisi baru bagi gerakan masa islam yang dimotori oleh Rizieq.

Yang lebih menarik adalah kunjungan kerajaan  tersebut disertai rombongan sebanyak 1500 orang termasuk 10  menteri dan 25 pangeran  didalamnya serta membawa investasi yang diperkirakan mencapai 25 milyard US dolar. Disatu sisi adalah sebuah keberhasilan Jokowi lepas dari hegemoni investasi Tiongkok, namun melihat situasi politik yang berkembang saat ini ditanah air dan konflik dengan Freeport dan melihat pada persekutuan Arab Saudi dan Amerika Serikat, bukan tidak mungkin ada agenda lain.

Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar didunia dimana kebijakan Trump yang cenderung anti Islam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun