Akhirnya, kau pun memahami mengapa ku terlihat melamun
Saat mengurai kata dari kucuran surga
Yang kau sebut gerimis itu,
Yang jua menetesi bibir merahmu
Meliuk semampai mengikuti alur tubuhmu
Ku tak tahu mengapa suka memahat kata-kata,
Merangkum lentingan suara nyiur dan bunga
Merangkai dari angkasa yang penuh nyanyian
Menerjemahkan gemulai bambu dan rimbunan tebu
Mengunduh intuisi punya bintang
Menulis gumaman lembah dan sawah
Ketika jamur dan cendawan merekah di tegalan
Ketika kau bertelanjang kaki mencumbui aroma daun-daun pandan
Kau kata itu rindu
Meski tak jua ada jemu
Padahal tak sekepingpun ia memberi
Pundi-pundi yang mengundang piring berisi
Terjebak disini aku bersamamu,
Di hamparan insan yang menjunjung tinggi kata "ekonomi".
Semua onak mencabik-cabik lembaran-lembaran
Yang terhormat pun membuang syairku ke dalam jamban
Katakanlah, kasihku
Sanggupkah,
Sinambung memicing-kuping menyusuri keluh-kesah bumi
Sembari memuji inspirasi,
Syair tak terkira buah wajah ayumu,
Bilakah harus menyerah menggerutu,
Atau—haruskah ku maju,
Melangkah terus meski menelan empedu?
/2010-2013
tayang perdana di Kompasiana ^_^...
yang terakhir di bulan Oktober 2013
bercerita tentang sebuah ramalan, yang apakah ini saatnya...