Aku bertanya pada Sang Guru: Mengapa orang-orang suka menyesatkan sesamanya dengan dalil-dalil kebenaran?
Sang Guru menjawab: Sahabatku, orang-orang yang suka menyesatkan sesamanya menandakan kesesatan itu masih ada di dalam dirinya.
Bagi mereka yang telah mencapai kesadaran tertinggi, maka akan menilai semuanya dengan benar.
Tetapi orang-orang yang suka melabeli orang lain sebagai yang sesat. Menandakan dirinya sebagai yang paling benar. Lebih bukan karena kebenaran. Tapi karena keegoan.
Bila hati masih diliputi kesesatan, maka akan sulit mencapai kesepemahaman. Tetapi akan saling menyesatkan dan menganggap diri sebagai paling benar.
Namun jangan heran, sahabatku. Beginilah adanya dunia yang dihuni oleh orang-orang yang belum mencapai kesadaran. Hal ini akan terus berlangsung selama dunia ini masih berputar.
Para nabi dan para suci walau membawa ajaran berbeda. Tetapi tak pernah saling menjelekkan. Apalagi saling menyesatkan. Karena telah memahami inti Hakekat Kebenaran.
Para pengikut ajarannya yang selalu saling menyesatkan. Inilah yang terjadi dari dulu sampai saat ini.
Aku bertanya: Bagaimana dengan pencapaian Guru sendiri? Apakah Guru telah mencapai kesadaran tertinggi?
Sang Guru duduk diam tak langsung menjawab. Tersenyum dalam keheningannya. Lalu membuka mata dan menjawab: Pencapaian kesadaran tak membutuhkan jawaban.
Jangan tersesat dalam kebenaran. Apalagi tersesat dalam kesesatan. Jadikan nurani sebagai penerangan untuk menemukan Kebenaran Sejati.