Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sesat Vs. Sesat = Kesesatan

22 Juni 2012   09:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:40 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku bertanya pada Sang Guru: Mengapa orang-orang suka menyesatkan sesamanya dengan dalil-dalil kebenaran?


Sang Guru menjawab: Sahabatku, orang-orang yang suka menyesatkan sesamanya menandakan kesesatan itu masih ada di dalam dirinya.


Bagi mereka yang telah mencapai kesadaran tertinggi, maka akan menilai semuanya dengan benar.


Tetapi orang-orang yang suka melabeli orang lain sebagai yang sesat. Menandakan dirinya sebagai yang paling benar. Lebih bukan karena kebenaran. Tapi karena keegoan.


Bila hati masih diliputi kesesatan, maka akan sulit mencapai kesepemahaman. Tetapi akan saling menyesatkan dan menganggap diri sebagai paling benar.


Namun jangan heran, sahabatku. Beginilah adanya dunia yang dihuni oleh orang-orang yang belum mencapai kesadaran. Hal ini akan terus berlangsung selama dunia ini masih berputar.


Para nabi dan para suci walau membawa ajaran berbeda. Tetapi tak pernah saling menjelekkan. Apalagi saling menyesatkan. Karena telah memahami inti Hakekat Kebenaran.


Para pengikut ajarannya yang selalu saling menyesatkan. Inilah yang terjadi dari dulu sampai saat ini.

Aku bertanya: Bagaimana dengan pencapaian Guru sendiri? Apakah Guru telah mencapai kesadaran tertinggi?


Sang Guru duduk diam tak langsung menjawab. Tersenyum dalam keheningannya. Lalu membuka mata dan menjawab: Pencapaian kesadaran tak membutuhkan jawaban.


Jangan tersesat dalam kebenaran. Apalagi tersesat dalam kesesatan. Jadikan nurani sebagai penerangan untuk menemukan Kebenaran Sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun