Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Membebaskan Diri dari Kefanatikan dan Kebencian

1 Juli 2012   00:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:23 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kefanatikan menyebabkan seseorang terkungkung dalam pemikirannya, sehingga tidak bisa berpikir dengan jernih dan menggunakan nuraninya. Pandangannya terhadang oleh kebesaran egonya. Itulah kebodohan batin namanya.

Seorang kawan bercerita tentang masa lalunya. Tentang kebodohan yang pernah dilakukannya.


Sewaktu masih muda ia begitu fanatik dan sinis. Maklum ia lulusan pesantren yang setiap hari diajarkan sebagai paling benar.


Dijejali kebencian kepada orang-orang yang tidak seiman. Kebetulan lingkungan juga mendukung pola pikirnya.


Saking fanatiknya. Pikirannya sempit dan hatinya picik. Suka meludah menajiskan orang yang beragama berbeda.


Sinis dan benci setengah mati kepada orang-orang Cina yang dalam persepsinya adalah orang-orang kafir. Jangan harap ada senyuman darinya. Yang ada mata melotot penuh kecurigaan.


Mengingat masa lalunya. Teman ini malu dan menertawakan dirinya sendiri. Mengapa ia begitu bodoh menerima dogma-dogma yang menyesatkan?


Kefanatikan telah membutakan mata hatinya. Kefanatikan telah menjadikan dirinya seorang pembenci. Hidup selalu dalam kecurigaan. Dimana tidak seharusnya terjadi pada seseorang yang beragama.


Itu dulu. Kini teman ini menjadi sangat toleran. Bisa bergaul dengan semua kalangan. Berdiskusi dengan nyaman tentang agama tanpa ada perdebatan.

Sebaliknya ia semakin tekun mempelajari agamanya.


Kami sering melewatkan waktu dengan diskusi yang bergizi. Berbeda bukan berarti harus saling bermusuhan. Tetapi untuk saling melengkapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun