Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Harga

17 Oktober 2014   14:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:41 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berapa harga seorang manusia? Kita suka berbicara tentang harga diri, Apa yang menjadi diri kita berharga? Potongan fisik? Kedudukan? Pendidikan? Kekayaan atau kekuasaan?

Andaikan tubuh yang menjadi nilai malah harganya bisa kalah dengan harga seekor ayam di pasar. Seekor daging ayam masih berharga puluhan ribu. Siapa yang mau beli daging kita?

Apakah kita akan menjadi makhluk berharga dengan kedudukan dan pendidikan yang tinggi serta kekayaan yang berlimpah itu bila yang kita lakukan adalah hal-hal yang tidak berharga? Bukankah justru adakalanya dengan  menggunakan kedudukan, kepintaran dan kekayaan manusia melakukan perbuatan nista?

Tubuh kita memang tidak berharga lagi setelah sang jiwa pergi. Sebab akan membusuk dan menjadi makanan cacing atau menjadi debu. Tetapi bila  kita mau mendonorkan organ-organ tubuh dengan tanpa menetapkan harga, justru menjadi perbuatan yang sangat berharga.

Tentu saja hal yang paling berharga dalam kehidupan kita adalah ketaatan pada ajaran dan kebaikan. Setia kepada nurani. Meninggikan Sang Pencipta dan tidak merendahkan ciptaan-Nya.

Apakah masih berharga pada satu waktu kita meninggikan Tuhan dalam puja-puji tapi pada kesempatan lain merendahkan sesama dalam tawa-tiwi?

Apalah artinya ketika ketaatan dan kebaikan yang kita lakukan masih mengharapkan penghargaan dari orang lain? Apakah masih berharga ketika kita menentukan harga atas pertolongan yang kita berikan?

Bila hidup kita hanya untuk mengejar penghargaan dari orang lain atas apa yang telah kita lakukan, maka kita telah menyia-nyiakan sesuatu yang paling berharga dalam diri kita. Hati yang tidak perhitungan. Pada akhirnya yang ada hanya kekecewaan.

Tidak ada yang lebih berharga bila kita bisa menghargai hidup kita dengan berlaku sebagai layaknya manusia yang mempunyai rasa malu. Berbuat tidak bertentangan dengan hukum alam.

Setiap langkah kita bumi dan langit selalu memerhatikan. Bagaikan CCTV yang selalu memantau setiap gerak-gerik kita yang akan menjadi bukti sejarah kehidupan kita kelak. Dimana pada saat harga kita akan ditentukan.

Berapa banyak waktu kita yang berharga ini telah kita sia-siakan dengan melakukan hal yang tidak berharga? Omong kosong, berdebat, berselislih paham. atau mengadu domba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun