Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ber-Tuhan tapi Tuhan Dicueki

25 September 2011   11:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:38 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tak dipungkiri, negara atau masyarakat kita, Indonesia adalah ber-Tuhan. Kalau tidak percaya, silakan ditanyakan. Kebanyakan pasti mengaku ber-Tuhan.

Di segala bidang pasti ada nama Tuhan dibawa-bawa. Entah berapa banyak ritual atau syukuran diadakan dengan embel-embel nama Tuhan.
Tuhan di atas segalanya. Mau mengadakan acara apapun, nama Tuhan tidak ketinggalan dibawa.

Entah berapa banyak "Rumah Tuhan" didirikan. Dari kota sampai pelosok desa. Dari jalan-jalan utama sampai dalam gang. Dari pantai sampai di atas bukit ada rumah ibadah untuk menyembah Tuhan.
Kalau ada survey, Indonesia pasti termasuk paling banyak ada "Rumah Tuhan".

Undang-Undang Dasar Negara sampai Undang-Undang biasa selalu tercantum nama Tuhan. Bahkan sila pertama dari Dasar Negara, Pancasila. Nomor satunya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Tuhan selalu yang pertama.

Setiap pejabat atau abdi negara, sebelum menjabat dan menjalankan tugasnya. Harus terlebih dahulu disumpah atas nama Tuhan sesuai agamanya masing-masing. Itu hal yang penting dan harus dilakukan. Sudah rutin.

Disetiap kegiatan baik formal maupun non-formal, nama Tuhan tidak pernah dilupakan. Setiap orang diminta untuk berdoa kepada Tuhan. Ini tak boleh ketinggalan agar segalanya berjalan lancar.

"Ya Tuhan" atau "Ya Allah" adalah kata-kata yang sudah kerap kita dengar atau diucapkan. Ini adalah penanda bahwa Tuhan sudah begitu akrab dengan hidup kita.

Namun sungguh miris bila melihat realita yang ada berkenaan dengan perilaku kita di masyarakat. Banyak yang terjadi justru bertentangan sebagai manusia yang ber-Tuhan. Malah seakan-akan Tuhan dicueki.

Kita berperilaku layaknya bukan lagi manusia yang ber-Tuhan. Di jalanan ugal-ugalan. Main salib dan berhenti seenaknya. Kata-kata kotor serampangan terucapkan. Buang sampah sembarangan.

Para pejabat yang sudah disumpahpun, lalu lupa, sehingga bebas berbuat korupsi. Mumpung ada kesempatan dan tidak ketahuan. Tuhan dianggap sedang tidur dan buta.

Banyak acara syukuran dan terimakasih kepada Tuhan. Tapi sungguh membuat sakit hati, karena banyak makanan yang terbuang dan bertaburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun