Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dakon Sang Lorong Waktu, a Time Tunnel 27

11 Maret 2017   21:35 Diperbarui: 11 Maret 2017   21:47 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

menanak nasi dengan peralatan sebesar ini. Biarlah paman yang memulai, nanti nini yang menunggui apinya.” Memang Dyah Sunaringsasi belum pernah menanak nasi dengan peralatan dandang besar, dilengkapi dengan kukusan, maklum berada di jaman mundur 800 tahun tentu saja bingung, tidak mengenali peralatan masak jaman dahulu, hanya mendengarkan cerita dari ibunya.

Pembawa Kidung :” Nini begini saja, paman akan membuat api dulu, sementara nini mencuci beras kira kira 4 beruk, cukup untuk 4 orang, kalau lebih bisa digunakan untuk pengganjal perut di pagi hari. Diatas tutup gentong ada sayuran kacang panjang dan terong nanti direbus dapat digunakan sebagai sayuran tanpa kuah, mau membuat sambal terasi juga ada lombok.”

Sunaringsasi :”Terima kasih paman. Paman sendirian?”

Pembawa Kidung :” Tidak nini, isteri lagi menjenguk cucunya yang sedang sakit di kampung.”

Tidak berapa lama batu nitikan yang diadu ujungnya mengeluarkan percikan api yang ditampung dengan umput atau sampah gergajian kayu, api sudah mulai menyala dengan bahan bakar kayu dan api pemula blarak atau daun kelapa yang sudah kering, tentu saja Sunaringsasi tidak mengenali batu nitikan untuk membuat api permulaan. Sunaringsasi memasukkan beras yang sudah dicuci kedalam kukusan, sembari berkata :” Paman maaf aku kurang paham menanak nasi seperti ini, aku bisanya dengan cara ngliwet.” Sebenarnya ngliwetpun tidak pernah ia lakukan, hanya sekedar basa basi untuk menyenangkan hati paman pembawa kidung.

Pembawa Kidung :” Ya nanti kalau air sudah umub, kemudian kita ngaru nini, beras yang sutah ditapung kemudian dituang di kwali di bagian belakang air sebelumnya dikurangi untuk air minum kalian nanti, namanya Ngaru. Setelah ngaru didiamkan beberapa lama sambil merebus air, begitu air umub nasi yang dikaru dinaikan lagi kekukusan, tinggal nunggu saat matangnya. Air karon itu sesungguhnya dapat diambil sedikit, dikasih sedikit gula untuk diminum anak bayi bila kekurangan air susu.”

Tidak berapa lama nasi sudah saatnya matang kemudian dituang ke iyan agar cepat dingin sebelum dimasukkan ke ceting atau bakul nasi. Saat bersamaan kancang panjang dan terong rebus juga sudah siap dihidangkan dengan sambal terasi seadanya, maklum hari sudah malam.

Pembawa Kidung :” Nah nini nasi, sayur kacang pajang dan terong rebus sudah siap, sambal terasi seadanya juga sudah siap. Silahkan teman teman nini diajak makan ya tentu saja makan yang sangat sederhana.

Sunaringsasi :” Ya paman mereka sudah siap semua memang mereka benar benar lapar sedari pagi belum makan, sementara pisang yang 3 ini aku kasihkan kepada Lutung yang ada di pohon belakang paman.”

Tidak berapa lama mereka berempat mengitari bakul berisi nasi dan sayur kacang panjang dan terong rebus dan sambal terasi, Boy Gatot :” Wah mencium bahunya saja sudah menggugah selera, nasi pulen dari beras tumbuk pasti enak dan mantap, belum lagi sayur kacang panjang rebus dan sambal terasi pasti nikmat. Paman kami makan dulu ya.”

Pembawa Kidung :” Silahkan adi semua, silahkan menikmati jamuan paman yang tidak seberapa ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun