Mohon tunggu...
Kang Insan
Kang Insan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

God created men in order to tell stories

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mengkritik dan Mengesei dalam Sastra

30 November 2011   01:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:01 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide tulisan ini sebenarnya sudah cukup lama. Tapi, selalu tertunda-tunda, maklumlah banyak yang mau dilakukan, banyak mau dikerjakan, banyak yang dipikirkan. Mungkin juga sebab ini, bukan sebuah prioritas. Mengapa? Ya, sebab tidak ada hubungannya dengan hajat hidup saya, hajat hidup keluarga saya, alias tidak ada penghasilannya. Hehehe. Ya, ya, sebagai manusia, yang pertama saya pikirkan tentu saja sesuatu yang berhubungan dengan hidup dulu, baru kemudian dengan kesenangan. Menulis, bagi saya, berhubungan dengan hidup sekaligus berhubungan dengan kesenangan. Tetapi, nanti saya bedakan, menulis sebagai pekerjaan dan menulis sebagai hobi. Sebagai pekerjaan, ya menulis berhubungan dengan hidup dan kehidupan, sebaliknya menulis sebagai hobi, ya menulis untuk kesenangan sebagai intermezo ketika kerja terasa sangat membebani.

Masih ingat tentang sastra instant?  Syukurlah masih ingat. Mudah-mudahan ingat bukan sebab sakit hati (boleh diberi tanda petik, boleh juga tidak, hehehe). Mudah-mudahan ingat dengan tullisan itu sebab tulisan itu cukup memberikan "keterkejutan" kita atas gejala yang muncul, yang kita sendiri ada dalam gejala tersebut. Tak apalah sedikit terkejut asal jangan banyak-banyak, bukan begitu Teman?

Dalam satu kesempatan saya sudah merespons tulisan sastra instant tersebut dan memberikan beberapa klarifikasi yang --menurut saya--dari sudut ilmu atau teori sastra kurang cukup tepat.

Secara sederhana, kalau berteori secara anak sekolah, berbicara prosa (modern) maka berbicara dua bentuk, yaitu fiksi dan nonfiksi. Karangan fiksi dulu seh pada zaman Belanda hingga tahun 70-an (mungkin) (di Indonesia) dibedakan menjadi tiga, yaitu cerpen, novel, dan roman. Hah? Apa pula beda novel dan roman? ya, dulu dibedakan, sekali lagi dulu. Nah, sekarang, novel dan roman ya sama saja. Apa bedanya kalau dulu? Roman itu jenis prosa yang menceritakan kehidupan tokoh utama secara keseluruhan dari kecil, besar, hingga mati. Dengan bahasa sederhana, pokoknya kalau jagoannya (tokoh utama) mati, ya itu roman. Tapi, kalau tidak mati, ya berarti itu novel.

Prosa yang nonfiksi berupa autobiografi, biografi, kritik dan esei. Apa itu kritik? Apa itu esei? Kritik adalah karangan yang mengulas karya sastra, menunjukkan kelebihan/keunggulannya, dan juga kekurangannya. Dalam kritik, karya sastra yang diulas dikutip baik seluruhnya atau bagian-bagiannya. Lalu, kutipan itu dibicarakan baik dari segi struktur maupun nonstrukturnya, misalnya, dari biografi pengarangnya, situasi sosial-politiknya yang melatarbelakanginya. Esei adalah karangan yang mengulas suatu topik tertentu tentang kesusastraan secara umum dibahas dari sudut pandang penulis esei sendiri.

Jadi, tulisan tentang sastra instant adalah sebuah esei sastra. Nah, kritik sastra yang seperti apa? Beberapa tulisan saya yang mengulas karya beberapa teman mungkin dapatlah disebut kritik sastra. hehehe.

Waallahu a'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun