Mohon tunggu...
Ahmad Fahrudin
Ahmad Fahrudin Mohon Tunggu... Dosen - Ingin selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya

Ilmu Tinemu Kanthi Laku

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Menembus Batas Profesi

27 Mei 2017   11:10 Diperbarui: 27 Mei 2017   12:03 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis Menembus Batas Profesi

(Tentang Buku Pagi Pegawai Petang Pengarang)

===== AHMAD FAHRUDIN =====

Manusia diciptakan oleh Tuhan (Allah), pada fitrahnya dibekali dengan cipta, rasa, dan karsa. Kemampuan ini tentunya ada pada setiap orang sebagai anugerah yang tak bisa dinilai dengan apa pun—karena sungguh istimewanya anugerah tersebut. Selanjutnya tinggal bagaimana potensi bak mutiara terpendam itu mampu dimanfaatkan oleh manusia.

Cipta, rasa, dan karsa ini apabila mampu dimanfaatkan oleh manusia akan menghasilkan karya yang indah. Termasuk karya tulisan, karya tulisan ini dihasilkan dari keajegan manusia dalam memanfaatkan tiga potensi dasar tersebut. Akan tetapi, sebaliknya manusia tidak akan memiliki karya apa pun apabila tak mampu memanfaatkan ketiga anugerah itu.

Saya yakin setiap manusia mampu menghasilkan karya berupa tulisan. Namun seiring dengan kesibukan yang menyita waktu dan tenaga, banyak orang yang mengatakan tidak ada waktu dan lelah-capek akibat pekerjaannya, baik sebagai karyawan atau wirausahawan. Alasan semacam ini mayoritas disampaikan oleh kebanyakan orang. Kondisi semacam ini perlu adanya solusi yang serius, supaya orang yang bekerja sebagai karyawan atau wirausahawan tetap mampu mengembangkan dirinya untuk menghasilkan karya berupa tulisan.

M. Khoiri (Emcho) menulis buku berjudul “Pagi Pegawai Petang Pengarang”. Buku ini hadir dalam upaya M. Khoiri memberikan tawaran yang solutif terhadap kesibukan karyawan atau pekerja yang sibuk dan suntuk menunaikan tugas-tugasnya. Buku ini juga memberikan penawar kesibukan yang tanpa ujung, dengan berbagai kegiatan yang kreatif—apalagi kalau bukan menulis.

Ada sangat banyak teladan pegawai atau karyawan yang mampu menulis dan akhirnya menelurkan karya. Bahkan ada seorang petani yang mampu berkarya lewat tulisan, sebut saja Agus R. Subagyo dan Salman S. Yoga. Agus R. Subagyo adalah petani kelahiran Nganjuk 07 Oktober 1973. Sempat di DO dari kampusnya, yaitu Universitas Brawijaya. Namun tidak menyurutkan semangatnya untuk terus menulis.

Sebagai seorang petani Agus R. Subagyo tetap tak surut semangatnya dalam hal literasi, disebutkan bahwa di sela kesibukan bertani dan menggarap sawah Agus aktif membacakan puisi-puisinya di berbagai kota di Indonesia. Selain itu, dia juga aktif memberikan workshopteater dan kepenulisan di kampus, pondok pesantren, dan sekolah-sekolah di Indonesia. Sebuah kegiatan kesenian yang patut diapresiasi (h. 44).

Contoh dari Agus tadi menunjukkan bahwa kesibukan sebagai petani—walaupun sering orang mengatakan pekerjaan yang berat, tapi tidak oleh Agus. Justru bertani memberikan inspirasi tersendiri baginya untuk mendapatkan ide-ide cemerlang dalam membuat puisi, Agus menuturkan “Menjadi petani itu menyatukan diri dengan bumi dan alam, tempat di mana puisi-puisi secara melimpah dan bersumber dan berkembang.” (h. 46)

Kenapa, karyawan atau pegawai yang bekerja dengan keras dan menghasilkan banyak limpahan materi masih harus menulis buku? Tentunya banyak jawaban untuk pertanyaan ini. Di antara jawabannya adalah menulis buku untuk warisan. Justru semakin bertanya-tanya lagi, buku kokdijadikan warisan, kanbiasanya warisan berupa harta benda, paling tidak ya uanglah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun