Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Rasa di Hati yang Menikam Jiwa

18 Juli 2019   08:03 Diperbarui: 18 Juli 2019   08:12 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Engkau memulai pagi dengan membasuh matahari, tubuh rapuh tak bernutrisi bagai seonggok sampah di cakrawala. Berlari di antara jerit perih perut yang tak pernah pasti terisi, menggoyang-goyangkan kaki istana berharap ada cipratan air comberanya

Menyusuri pinggiran hati para manusia bertampang priyayi, mengetuk setiap pintu jiwa, mengucapkan kata-kata yang entah dari mana asalnya,"tuan, berilah aku sedikit kasih sayang,"

Tulang patah berderak di hantam kepiluan, menyeret harap yang tak pernah kunjung datang menjelma harapan, di loteng-loteng kemewahan, di puncak pesta pora kenikmatan. Sepasang mata sayu berharap sisa-sisa yang menjijikan

Rasa di hati yang menikam jiwa, berharap pada senja tapi tak pernah memberi kata, merindukan damai saat malam, tapi terlelap sudah jadi barang langka. Tegak berdiri di pinggir lalu-lalang kehidupan, berharap cipratan sebutir nasi pengganjal rasa lapar

Bagan batu 18 juli 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun