Aku melihatnya di seberang sana, seorang anak kecil yang duduk di samping sang ibu
Wajahnya terlihat pucat dengan tangan yang sedekap
Ada bulir air mata menempel di pipinya
Pun dengan sebuah senyuman yang tidak sempurna
Apakah sepagi ini sudah ada duka di antara mereka?
Aku hanya bisa bertanya pada nuraniku
Dan tetap menatap mereka dari kejauhan
Memandangi semburat tipis pada bibirnya yang enggan bertambah
Apakah anak itu mengurungkan senyumannya?
Tangan hangat sang ibu pun mulai terlihat mengelus rambut sang anak
Ditatapnya lekat wajah mungil itu
Hingga akhirnya sebuah senyuman yang sedari tadi tertahan pun menjadi sempurna
Darinya aku mengerti tentang nikmat yang tersembunyi
Apa yang kurasa belum tentu mereka merasakannya
Pun dengan apa yang mereka terima
Aku hanya memandangnya dari kejauhan, tak layak jika aku mengambil sebuah kesimpulan
Mentari mulai menyingsing tampakkan sebuah cahaya hangatnya
Menyinari seorang anak kecil dan ibunya
Mereka melambaikan tangan padaku entah apa sebabnya
Aku pun hanya menerimanya dengan melempar sebuah senyum sapa
Hingga mentari yang meninggi menyadarkanku
Tak ada siapapun di seberang jalan sana
Aku hanya melihat bayang semu dari masa laluku
Aku yang dulu pernah menahan sebuah senyuman karena kelaparan
Namun, ibu melarangku untuk memasang wajah yang membuat hatinya kelu
Tak pantas seorang anak mengutuk takdir karena tak ada yang mengasihani
Hidup bukan soal sebuah cara tuk dapatkan iba
Bagaimanapun hidup yang harus dijalani, biarkan saja berjalan apa adanya, tak perlu menyesali
Kini, anak kecil yang dulu menahan lapar di pagi hari
Bersedekap menahan sakit dan mengurungkan senyumannya
Telah tumbuh menjadi wanita dewasa
Yang tak akan membiarkan anak kecil lainnya merasakan hal yang sama
-Kaiza.281018-