Malam yang gelap gulita kembali datang menggantikan keindahan senja. Seorang gadis bertubuh kurus dengan rambut terurai sedang duduk di teras rumahnya. Memandangi langit yang tidak berbintang. Sesekali matanya menyisir sekeliling rumah, memperhatikan dedaunan yang bergoyang terkena embusan angin.
Lama ia duduk termenung menunggu kehadiran bintang sembari menikmati secangkir kopi. Ia begitu menyukai malam meski terkadang bintang tidak menampakkan keindahannya. Sama seperti malam ini. Gadis berambut panjang itu masih saja menatap langit yang sepi. Sesekali ia teguk kopinya yang mulai dingin dengan tetap memeluk boneka lusuhnya.
Boneka yang sudah menemaninya sejak balita. Boneka berwarna coklat tua yang mulai memudar. Kedua bola mata boneka itu sudah hilang, bekas jahitan pun terlihat di sana, menutupi lubang dari mata yang hilang.
Dedaunan rimbun terus bergoyang seiring dengan embusan angin yang semakin kencang. Kedua mata gadis itu menatap satu keganjilan yang nampak nyata di hadapannya. Ia melihat sebuah boneka yang sangat mirip dengan boneka miliknya.
Namun, boneka yang ia lihat nampak lebih besar. Boneka itu berdiri di seberang jalan, di bawah pohon mangga. Tidak ada siapapun di balik boneka itu. Hanya ada pohon mangga, boneka yang nampak sama dengan miliknya dan kertas berukuran besar yang menempel pada pohon mangga itu.
"Berikan bola matamu!"
Tulisan itu dapat terbaca dengan jelas ketika cahaya kendaraan yang berlalu lalang tak sengaja menyoroti kertas itu. Tulisan berwarna merah seperti darah. Tulisan yang memiliki lambang bola mata.
Nadin. Gadis berambut panjang pemilik boneka beruang berwarna coklat tua yang mulai memudar. Pandangannya tiba-tiba menjadi buram setelah membaca tulisan itu. Kilas balik masa lalu tiba-tiba menghantam ingatannya.
Kenangan tentang boneka beruang yang selalu menemaninya setiap waktu. Gunting dan pisau yang ia genggam dengan kedua tangannya. Sapu tangan merah muda yang ia letakkan di atas perut boneka itu, balok kayu yang diinjaknya. Dan juga, dua bola mata boneka yang berhasil ia congkel keluar. Semua bayangan itu datang silih berganti.
Tiba-tiba ada ketakutan yang ia rasa ketika melihat boneka beruang yang berada dalam pelukannya, juga boneka di seberang jalan sana. Tubuhnya menggigil, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat. Ia memejamkan mata beberapa saat, berharap boneka di seberang jalan sana akan hilang ketika ia membuka mata.
Selamatkan aku Tuhan!