Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Percayalah, Semua Doa Pasti akan Dikabulkan

25 April 2019   09:05 Diperbarui: 26 April 2019   08:36 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sudah sejatinya bagi seorang muslim berdo'a harus dijadikan sebagai kebutuhan guna untuk mendapatkan rahmat dan ridla dari Allah SWT dalam mengawali dan mengharapkan sesuatu. Namun mayoritas seorang muslim yang masih awam juga sering beranggapan bahwa do'a yang telah ia panjatkan tak selalu dikabulkan oleh Allah SWT.

Seharusnya persepsi seperti itu haruslah segera dihilangkan dari pemikiran seorang muslim, karena hakikatnya segala do'a yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah selalu dikabulkan hanya saja manusia tidak mengetahui mana yang baik untuk mereka. Hal ini diperkuat sebagaiman firman Allah: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu" (QS. Al-mu'minun[40]:60)

Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya untuk mengimani bahwa Allah itu maha mengetahui sehingga apapun yang diketahui oleh manusia masih terbatas sedangkan segalanya itu telah diketahui oleh Allah, baik itu yang sudah atau belum terjadi. Seperti takdir yang telah ditentukan oleh Allah.

Manusia meski telah bersemangat menjalani sesuatu yang telah ia yakini akan berhasil, tapi jika Allah mengehendaki tidak, maka hanya akan sia-sia belaka semua usaha manusia yang telah dikerahkan. Hanya sebatas itulah pandangan manusia. Usaha keras manusia tidak akan bisa melewati benteng takdir.

Sesuatu yang dilihat manusia baik, belum tentu bagi Allah juga baik. Karena Allah Maha mengetahui. Sepertihalnya saat kita menganggap bahwa bila suatu saat kita kaya, maka kita akan memberikan kekayaan itu pada orang miskin atau supaya lebih mudah dalam beribadah. Itu masih dalam pandangan kita, namun perlu diingat kembali bahwa Allah maha mengetahui sesuatu yang sudah terjadi ataupun yang belum terjadi.

Bisa jadi saat kita menjadi orang yang kaya maka kita akan menjadi orang yang sombong atau bahkan lupa dengan beribadah. Itu hanya Allah yang mengetahuinya. Maka sudah sepatutnya kita mensyukuri bagaimana kondisi kita saat ini. Anggap semua ini adalah nikmat yang tiada tara. Pandanglah orang yang sedang di bawah kita, jangan pandang orang yang diatas kita.

Hal ini pernah terjadi dimasa Nabi SAW, saat itu salah seorang pelayan Nabi SAW bernama Tsa'labah bertanya kepada Nabi "Mengapa Allah tidak memberiku kekayaan Ya Rasul, dan membiarkanku hidup miskin?" Nabi menjawab" ketahuilah bahwa kefakiranmu adalah keadaan yang terbaik" kemudian Tsa'labah bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Nabi SAW tetap menjawab sama seperti sebelumnya. Sampai ketiga kalinya sehingga Nabi SAW bersedia untuk mendo'akannya menjadi kaya.

Semenjak dido'akannya oleh Nabi SAW, Tsa'labah mulai sering kedatangan rejeki. Dan seiring dengan berjalannya waktu, rejeki Tsa'labah pun kian berlimpah dan dia menjadi orang kaya. Namun dengan banyakya harta yang dimilikinya itu, ia mulai menjadi orang yang sombong, tidak mau membayar zakat dan sampai lupa dengan kewajibannya. Sampai-sampai ia sudah sangat jauh dari Allah. Hingga pada akhirnya azal menjemputnya dalam keadaan seperti itu yaitu su'ul khotimah. Na'udzubillah.

Jangan sampai hal seburuk itu terjadi kepada kita. Maka ketahuilah semua yang ada dalam diri kita adalah nikmat yang tidak bisa kita beli dengan uang. Maukah mata engkau dibeli dengan uang? Bahkan jika dibayar sampai triliunan tentu tak akan cukup. Karena uang bukan segalanya. Kondisi kita yang saat seperti ini adalah anugrah yang diberikan oleh Allah.

Imam Ghozali pernah menerangkan bahwa manusia sering lupa dengan dua hal ini yaitu kesehatan dan kesempatan. Kesahatan adalah nikmat yang tiada tara, cukup kita bisa bernafas saja itu sudah nikmat yang luar biasa. Coba bayangkan bila kita bernafas harus membayar? Sudah berapa uang yang harus kita keluarkan dengan bernafas saat kita hidup. Banyak orang di luar sana yang tengah menderita penyakit, betapa sengsaranya hidup mereka? Namun kita yang sehat malah tidak mensyukurinya. Maka saat ini adalah waktu kita untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita berupa kesehatan ini.

Saat kita sering menunda-nunda waktu, pernahkah kita merenungkan berapa waktu yang telah kita sia-siakan? Bisa jadi berjam-jam, berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Padahal hidup di dunia ini hanyalah sementara. Manuisa tak tau kapan ajal akan menjemputnya, kapan musibah akan datang, kapan sehat akan sakit. Maka untuk meminimalisir hal itu kita harus menyegerakan tujuan kita. Terlebih bertobat, banyak orang menyia-nyiakan masa mudanya untuk berfoya-foya dengan beranggapan hidup masih panjang dan menunggu tua saja untuk bertobat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun