Mohon tunggu...
Jusuf Kalla
Jusuf Kalla Mohon Tunggu... Diplomat - Wakil Presiden Indonesia

Wakil Presiden RI (2004-2009) & (2014-2019) Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Website : www.jusufkalla.info

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

3 Faktor Penyebab Ledakan Kompor Gas

7 Juli 2010   04:52 Diperbarui: 1 November 2018   16:57 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kompas.com/Sherly Puspita)

Maraknya ledakan kompor Gas yang ramai diberitakan oleh Media akhir ini jangan hanya dipandang sebagai akibat dari paket konversi, karena Gas yang meledak bukan hanya paket 3 KG tetapi juga paket 12 KG. Yang menjadi pertanyaan kenapa sampai banyak kecelakaan kompor gas akhir-akhir ini? sebenarnya secara statistic itu tidak terlalu banyak jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah gas yang beredar. 

Cuman memang media menjadikan isu ini cukup besar, tapi apa pun itu kita berterima kasih kepada media yang memberitakannya sehingga membuat orang sadar. Namun satu hal yang penting diingat oleh media jangan sampai menimbulkan kepanikan, dalam artian jangan hanya memberitakan kejadiannya saja, tapi harus turut serta mensosialisasikan bagaimana penggunaan Gas yang aman. 

Kasihan masyarakat kalau sampai dibuat panik, nanti dia bingung mau masak pakai apa? Sekarang ini ada 60 juta tabung 3 kg dan ada 7 juta tabung 12 kg berdasarkan laporan kompas pada tanggal 24 juni 2010, jumlah ledakan tabung gas sampai dengan bulan Juni 2010 yakni ada 36 kasus ledakan, itu dihitung dari tahun 2008 artinya 36 kasus selama 3 tahun. 

Artinya ada 1 kasus dari setiap 2 juta tabung, dengan data tersebut kita belum bisa mengatakan bahwa ledakan kompor gas itu sebagai bencana nasional, karena untuk mengkategorikan sesuatu sebagai bencana nasional tentunya kita punya ukurannya. Bukan berarti kita tidak turut prihatin, tapi yang perlu digaris bawahi ada 1 ledakan dari setiap 2 juta tabung. 

Saya ingin sampaikan ini supaya jangan sampai terjadi kepanikan. Dan media juga jangan suka bikin panik, dengan memberitakan hanya peristiwanya saja, tapi ia perlu juga turut serta mensoialisasikan kepada masyarakat bagaimana menggunakan kompor gas dengan aman. Untuk lebih jelasnya lagi kita perlu mengetahui apa yang melatar belakangi program konversi minyak tanah ke gas yang banyak diributkan saat ini. 

Mungkin kita semua sudah lupa bagaimana pada tahun 2005 di mana-mana terjadi antrian sampai berkilo-kilo meter untuk mendapatkan jatah minyak tanah, dan bagaimana beban negara harus menanggung subsidi untuk minyak tanah harus mengeluarkan dana sebanyak 50 triliun pada tahun 2005-2006. 

Yang perlu kita ketahui, saat itu hanya 3 negara yang masih memakai minyak tanah untuk kebutuhan bahan bakar rumah tangganya, yaitu Indonesia, Burma, dan satu lagi negara di Afrika. Jadi kita tertinggal jauh sekali. Untuk itu pada awalnya kita ingin mengkonversi minyak tanah tersebut ke briket atau batu bara. Pada sidang kabinet hal ini diputuskan hal tersebut, dan dibuatlah pameran pameran kompor briket batu bara. 

Tapi saya bilang ”jangan dulu dilaksanakan, coba pergi dulu studi banding ke china” maka dikirimlah departemen perempuan pusat tapi sampai di sana justru diketawain, karena di China sudah tidak lagi menggunakan Briket karena itu justru lebih berbahaya untuk kesehatan. Maka setelah itu kita memutuskan untuk minyak tanah kita ganti saja ke Elpiji karena lebih cepat, lebih aman dan jauh lebih murah. 

Kenapa kita pilih Elpiji ? alasannya karena 1 liter minyak tanah itu setara dengan 0.4 kg Elpiji. Jadi kurang dari setengah kilo Elpiji. Harga jual minyak tanah waktu itu 2000 rupiah, sementara ongkos produksinya 7000 rupiah, harga minyak dunia 80 Dolar per Barrel. Jadi pengeluaran negara untuk setiap liter minyak tanah kira-kira 7500 rupiah. 

Dan kita jual cuman 2000 rupiah, jadi untuk itu pemerintah harus mengeluarkan 50 triliun untuk subsidi minyak tanah. Ditambah barangnya sulit didapat, mengantri dari subuh sampai sore itu pun belum tentu dapat.Maka kita berpikir ini harus cepat diatasi. 

Kemudian alasan berikutnya, saya ingin katakan semua energi yang kita pakai , masing-masing mengandung resiko bahaya, apakah itu listrik, apakah itu minyak tanah, bahkan sampai lilin pun bisa mengakibatkan kebakaran. Pada tahun 2005 80 % kebakaran di Indonesia diakibatkan oleh terjadinya arus pendek aliran listrik, dan ledakan kompor minyak tanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun