Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Teknologi Cerdas di Antara Revolusi dan Literasi

23 Januari 2017   15:23 Diperbarui: 23 Januari 2017   15:34 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rumah cerdas yang dikendalikan dengan gawai (Sumber : whitelightgrp.com)

Di tengah-tengah ledakan internet yang tak tebendung, teknologi cerdas semakin membentuk konfigurasi kemapanan. Sejak satu dekade lalu, iPhone hadir menggebrak dan mengubah model komunikasi melalui ponsel cerdas. Serta merta, segala perangkat dan hal yang bisa diintegrasikan serta ditanam ke dalam ponsel cerdas berkembang bak jamur di musim hujan.

Belakangan, teknologi cerdas sebetulnya sudah banyak berpindah ke kuadran advance. Seperti autonmus car, mobil yang bisa mengemudikan dirinya sendiri yang menurut prediksi akan menjadi trend transposrtasi masa depan, car sharing post ala Uber.

Rumah cerdas atau smarthome, merupakan salah satu produk derivatif yang diekstensifikasi dari smarthphone. Rumah cerdas, seperti umumnya teknologi cerdas yang dikembangkan di tahap dasar, meletakkan rumah di dalam genggaman telapak tangan. Rumah cerdas adalah bagian dari gelombang teknologi cerdas yang menjadi trend dan akan menjadi hal lumrah paling tidak lima tahun kedepan.

Maka tidak mengejutkan ketika di awal tahun 2017 ini Agung Podomoro Land menjalin kemitraan strategis dengan raksasa teknologi dari Korea Selatan, Samsung dalam mengembangkan smarthome. Teknologi smarthome yang dipasok oleh Samsung akan diterapkan secara massal di seluruh produk residential Agung Podomoro Land. Artinya, smarthome akan beralih status dari teknologi premium yang limited edition menjadi consumer product. Siapapun, bisa tinggal di rumah cerdas yang memanjakan dengan harga seperti rumah pada umumnya. Bahkan apartemenpun, kini sudah menggunakan sistem smarthome laiknya diterapkan di Grand Madison.

Yang ditawarkan rumah cerdas seperti perangkat "berlabel cerdas" lainnya adalah efektivitas dan efisiensi. Menyalakan dan memadamkan lampu misalnya, bisa by phone tanpa jarak tertentu. Dimana ada akses internet, di situ kita dapat menyalakan dan memadamkan lampu dengan hanya sekali sentuh meskipun sedang berada di Kutub Utara dan rumah kita di sudut dalam Kabupaten Karawang. 

Demkian pula aspek-aspek lain seperti keamanan yang terpantau 24 jam melalui CCTV yang menyajikan visual aktual dari rumah. Rumah berdebu dapat dibersihkan dari jarak jauh menggunakan vacum robot seperti pelayanan di kamar VIP  pesawat luar angkasa Avlon yang dinikmati Jim Preston dalam cerita film Passengers.

Konsep smarthome dalam film bergenre romansa dengan bumbu sci-fi tersebut, jadi tampil berbeda ketika kita menyaksikan film IT yang dibintangi oleh Pierce Brosnan. Dibalik segala kemudahannya, smarthome juga punya celah bagi penggunanya yang gegabah. Privasi bisa saja terbongkar dan menjadi sasaran empuk hacker kriminalis.

Smarthome dan juga teknologi cerdas lainnya, lagi-lagi berpulang pada kecerdasan pengguna. Sama dengan penggunaan smarthphone yang hadir untuk membuat aktivitas dan pekerjaan jadi sederhana, efisien dan efektif, akan bekerja sebagaimana mestinya jika berada di tangan yang tepat. 

Ini soal literasi teknologi yang masih perlu digalakkan dan gaya hidup yang harus adaptif terhadap revolusi teknologi. Termasuk mengantisipasi dampak kehadiran teknologi cerdas terhadap penurunan aktivitas fisik yang berimplikasi kepada kesehatan.

Tugas produsen, terutama tenaga pemasar adalah mengedukasi masyarakat. Sayang sekali, kita kerap lamban dan bahkan alpa di sini. Hasrat konsumerisme yang memanggil-manggil, jauh melampaui kemauan untuk belajar yang harus didorong bak mobil mogok.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun